Kajian Dekonstruksi Penokohan Karna dalam Serial Mahabharata
Ini adalah kajian teori Dekonstruksi terhadap serial Mahabharata ANTV. Fokus analisis kepada penokohan Karna dalam serial ini.
Terdapat beberapa pengertian dekonstruksi menurut para ahli. Secara leksikal prefiks ‘de’ berarti penurunan, pengurangan, penokohan, penolakan. Jadi, dekonstruksi dapat diartikan sebagai cara-cara pengurangan terhadap konstruksi, yaitu gagasan.
Kristeva (1980:36-37), menjelaskan bahwa dekonstruksi merupakan gabungan antara hakikat destruktif dan konstruktif. Dekonstruksi adalah cara membaca teks, sebagai strategi.
Dekonstruksi tidak semata-mata ditunjukkan terhadap tulisan, tetapi semua pernyataan kultural sebab keseluruhannya pernyataan tersebut adalah teks yang dengan sendirinya sudah mengandung nilai-nilai, prasyarat, ideologi, kebenaran, dan tujuan-tujuan tertentu.
Dekonstruksi dengan demikian tidak terbatas hanya melibatkan diri dalam kajian wacana, baik lisan maupun tulisan, melainkan juga kekuatan-kekuatan lain yang secara efektif mentransformasikan hakikat wacana.
Menurut Al-fayyadl (2011: 232) dekonstruksi adalah testimoni terbuka kepada mereka yang kalah, mereka yang terpinggirkan oleh stabilitas rezim bernama pengarang. Maka, sebuah dekonstruksi adalah gerak perjalanan menuju hidup itu sendiri.
Dari sumber lain, dekonstruksi dikatakan sebagai sebuah metode pembacaanteks. Dengan dekonstruksi ditunjukkan bahwa dalam setiap teks selalu hadir anggapan-anggapan yang dianggap absolut. Padahal, setiap anggapan selalu kontekstual: anggapan selalu hadir sebagai konstruksi sosial yang menyejarah. Maksudnya, anggapan-anggapan tersebut tidak mengacu kepada makna final.
Anggapan-anggapan tersebut hadir sebagai jejak (trace) yang bisa dirunut pembentukannya dalam sejarah.
Umar Junus (1996:109-109) memandang dekonstruksi sebagai persepektif baru dalam penelitian sastra. Dekonstruksi justru memberikan dorongan untuk menemukan segala sesuatu yang selama ini tidak memperoleh perhatian. Memungkinkan untuk melakukan penjelajahan intelektual dengan apa saja, tanpa terikat dengan sutu aturan yang dianggap telah berlaku universal.
Dekonstruksi, secara garis besar adalah cara untuk membawa kontradiksi-kontradiksi yang bersembunyi di balik konsep-konsep kita selama ini dan keyakinan yang melekat pada diri ini ke hadapan kita.
Jacques Derrida menunjukkan bahwa kita selalu cenderung untuk melepaskan teks dari konteksnya. Satu term tertentu kita lepaskan dari konteks (dari jejaknya) dan hadir sebagai makna final. Inilah yang Derrida sebut sebagai logosentrisme. Yaitu, kecenderungan untuk mengacu kepada suatu metafisika tertentu, suatu kehadiran objek absolut tertentu. Dengan metode dekonstruksi, Derrida ingin membuat kita kritis terhadap teks.
Dalam membaca suatu teks, penerapan dekonstruksi bisa membedah makna yang sering hierarkis seperti baik di atas buruk, cantik di atas jelek, baik di atas jahat, penting di atas tidak penting, dan sebagainya. Padahal, hierarki tersebut biasanya dibangun oleh penulis atau produser media itu sendiri.
Tentang Serial Mahabharata ANTV
Mahabharata adalah sebuah serial drama televisi berbahasa Hindi dari India berdasarkan mitologi Mahabharata. Serial ini mulai ditayangkan di Star Plus sejak 16 September 2013. Di Indonesia, serial ini ditayangkan oleh ANTV setiap hari Senin-Sabtu, pukul 21.00 WIB.
Serial ini diproduksi oleh Swastik Productions Pvt. Ltd dan dibintangi oleh Saurabh Raj Jain sebagai Kresna, Shaheer Sheikhsebagai Arjuna, Pooja Sharma sebagai Dropadi dan Arav Chowdhary sebagai Bisma.
Mahabharat menceritakan tentang kisah tahta Hastinapura, suatu kerajaan yang diperintah oleh keluarga Kuru. Para Kurawadan Pandawa saling bersaing untuk menduduki tahta tersebut. Meskipun ayah dari para Kurawa lebih tua daripada ayah para Pandawa, Duryodana sebagai Kurawa tertua lebih muda usianya daripada Yudhistira sebagai Pandawa tertua. Baik Duryodana maupun Yudistira mengklaim diri mereka sebagai pewaris terdepan tahta Hastinapura.
Ketika Bisma meminta Gandari untuk menerima lamaran keponakannya yang buta Dretarastra, saudara Gandari yaitu Sangkunimenjadi marah. Meskipun kemudian ia menyetujui lamaran tersebut, Sangkuni bersumpah bahwa ia akan menghancurkan keluarga Kuru. Sangkuni menabur benih pertempuran klimaks Kurusetra mulai dari masa remaja para Kurawa dan Pandawa dengan meracuni pikiran Duryodana terhadap para Pandawa.
Gesekan ini mencapai puncaknya dalam Perang di Kurukshetra. Pertempuran tersebut menghasilkan konflik antar kerabat dan sahabat, juga menjadikan kesetiaan keluarga dan dharma lebih didahulukan daripada keadilan. Puncaknya, adalah perang Bharatayuda yaitu perang besar antara Pandawa (lima putra Pandu, adik Drestarastra) beserta pasukan kerajaannya, dan Kurawa, seratus anak Destrarastra dan seluruh anggota kerajaan Hastinapura kecuali ayah Kurawa yaitu Destrarastra.
Dekonstruksi Penokohan Karna Putra Dewa Surya
Alur cerita utama tersebut mendrong pentingnya menonjolkan semua pihak yang terlibat perang Bharatayuda. Hal itu dimaklumi karena menonjolkan pihak lain akan menjadi rancu dan kurang searah dengan alur cerita. Namun, citra kelahiran Karna sang putra dewa surya mencerminkan pentingnya tokoh tersebut. Karna lahir dari rahim Dewi Kunti, ibu dari para Pandawa. Artinya Dewi Kunti memiliki enam putra, dan putra tersebut diberikan oleh Dewa Surya. Dalam kisah Mahabharata, Karna dikenal sebagai putra Dewa Surya atau Dewa matahari.
Pencitraan istimewa dalam serial tersebut ditampilkan saat karna lahir dan dihanyutkan di sungai oleh Dewi Kunti. Kondisi alam dan narasi saat adegan tersebut begitu mengharukan dan betapa istimewanya anak yang sedang dihanyutkan itu. Saat bayi Karna hanyut, Dewi Kunti berkata sambil menangis, diiringi musik dan latar grafis mencerminkan alam yang turut tegang dan haru, “Suatu saat nanti, kau akan dikenal dengan nama Karna”.
Putra Dewa Matahari setelah dewasa dikenal sebagai pemanah yang hebat, dan pembawa perubahan. Ia juga bahkan diangkat sebagai raja dari kerajaan Angga yang terkenal sulit dikendalikan dan tidak ada bangsawan yang mau menjadi penguasa di sana. Hal tersebut mencerminkan keistimewaan dari Karna.
Namun, dalam serial Mahabharata, Karna tidak nampak terlalu penting, bahkan ia adalah sahabat dari tokoh antagonis Doryudhana, putra sulung dari Kurawa. Akhirnya pencitraan Karna adalah sosok yang memihak pada orang yang jahat dan tidak terlalu penting. Kondisi ini kontras dengan istimewanya kelahirannya yang menjanjikan hebatnya Karna saat telah dewasa. Namun, kehebatan karna tidak ditampilkan dengan cukup dalam serial tersebut.
Terlepas dari hal tersebut, Karna memang tidak berpengaruh besar dalam cerita utama Mahabharata yaitu kisah perang Bharatayuda yang besar. Sangat wajar jika sebuah film hanya menonjolkan tokoh terkait yang lebih dominan dalam mempengaruhi kisah Bharatayuda.
Tetapi, Karna adalah sosok yang tidak bisa diabaikan karena ia memiliki keistimewaan tersendiri bagi perubahan masyarakatnya. Dia istimewa dalam cerita hidupnya sendiri, dan sebagai manusia karena ia membawa perubahan dan kemajuan bagi masyarakat tempat ia hidup, dan perubahan besar di kerajaan yang diamanatkan kepadanya, yaitu kerajaan Angga. Untungnya tokoh Karna ditampilkan kembali sebagai tokoh utama dan tentunya diceritakan secara utuh dalam serial Surya Putra Karna.
Kesimpulan
Pembacaan dekonstruksi tokoh Karna dalam serial Mahabharata adalah memandang tokoh penting-tidak penting dalam sebuah cerita. Dekonstruksi sendiri memiliki fungsi membongkar dan memasang kembali, yang artinya makna yang dianggap tidak tepat dalam kacamata dekonstruksi akan diubah, dibolak balik, dan ditata ulang sesuai keharusan menurut kacamata dekonstruksi.
Dalam carita Mahabharata, tokoh Karna yang kurang ditampilkan dengan utuh, dikritisi dan diangkat menjadi tokoh yang penting karena ia berperan besar dalam mengubah kehidupan golongannya, ia terlahir sebagai putra Dewa Surya yang seharusnya istimewa, dan keahlian memanah luar biasa. Ia juga diberi kerajaan Angga yang jelas merupakan tanggungjawab besar. Namun, karena kurang berkaitan dengan perang Bharatayudha, sosok Karna kurang ditampilkan secara utuh dan nampak tidak penting.
Itulah kajian teori dekonstruksi terhadap penokohan Karna dalam Serial Televisi Mahabharata ANTV. Pembacaan dekonstruksi ini membongkar sosok Karna sebagai tokoh yang istimewa dan penting dalam masyarakatnya. Orang yang penting dan berperan besar bagi kehidupan sosialnya apalagi cakupan golongan dan kerajaan, tentu merupakan sosok yang luar biasa.