4 Pelajaran Hidup Supaya Nyaman Tinggal di Rumah Orang Lain

Banyak orang mengalami dilema saat tinggal di rumah orang lain. Entah itu adik yang harus tinggal di rumah kakaknya yanng sudah berumah tangga, anak yang telah menikah tinggal di rumah orang tua, atau bahkan orang yang bukan siapa-siapa menumpang di rumah orang lain karena satu dan lain hal.  

Memang, rumah sendiri adalah yang paling nyaman. Bisa rumah bersama pasangan (bagi yang sudah menikah) atau rumah orang tua (bagi yang masih lajang). Yaps, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa semua orang pasti ingin tinggal di rumah sendiri kan? Namun, apalah daya. Kadang keadaan tertentu memaksa kita untuk tinggal di rumah orang lain.  

Bagaimana Tips Agar Nyaman Saat Tinggal di Rumah Orang Lain?

Apapun sebabnya, sebenarnya tinggal di rumah orang lain bisa nyaman kok. Bahkan bisa saja akan terasa di rumah sendiri. Asalkan kita bisa menempatkan diri dengan baik. Meskipun mungkin tidak mudah, namun kamu bisa mencoba tips ini. Ada beberapa tips supaya kamu betah ketika tinggal di rumah yang asing buat kamu, termasuk dengan saudara sendiri di perantauan. Apa saja?  

#1 Boleh Malu-malu, Namun Pada Tempatnya

Malu dan canggung itu hal biasa. Justru, jika kamu nggak punya rasa canggung dan malu akan membuat tuan rumah kurang respek. Kenapa? Ya, begitulah.

Kamu bisa bayangkan posisi menjadi tuan rumah. Terus punya anggota keluarga baru atau tamu yang numpang. Namun, sikapnya seolah-olah sama dengan tuan rumah. Ngambil makan kapan saja, memakai kamar mandi sesuka hati selama ia mau sambil nyanyi pula, memakan apapun yang ada di rumah seenaknya, atau tiba-tiba memakai pakaian kamu tanpa izin sebagaimana biasa dilakukan kakak atau adik kamu. Pasti respect kamu terhadapnya menurun. Terutama jika orang yang bersangkutan masih baru kamu kenal.  

Begitu juga jika kamu yang menumpang, malu itu sebuah keharusan. Tapi ingat, mesti pada tempatnya. Maksudnya gimana nih?  

Malu pada tempatnya itu bisa kamu tunjukkan dengan berbagai sikap. Misalnya makan ketika dipersilahkan, segan menyalakan televisi bila tuan rumah sedang istirahat, tidak memakai kamar mandi di jam-jam tuan rumah dan anggota keluarganya biasa pakai, dan sebagainya. Kecuali dalam kondisi darurat, kamu bisa mendahului tuan rumah, asal komunikasikan dulu semua dengan jelas. Misal ada urusan mendadak, kebelet ingin buang air, dan lain-lain.  

Itu adalah beberapa sikap malu yang pada tempatnya. Emang ada malu bukan pada tempatnya? Banyak.   Orang sering malu-malu tapi salah menempatkannya. Karena canggung, memilih berdiam diri di kamar, sehingga bingung apa yang bisa diperbuat.   Malu yang bukan pada tempatnya itu jika tidak membantu bersih-bersih dengan alasan canggung. Mungkin juga bingung mau bantu masak tapi bagaimana cara memulainya. Akhirnya kembali lagi ke kamar dan tidak melakukan apa-apa. Nah, itu adalah malu yang tidak pada tempatnya.  

So, beranikan diri untuk bertanya kepada tuan rumah. Kira-kira apa yang bisa kamu kerjakan. Pasti kamu bisa membayangkan sendiri, apa yang dipikirkan tuan rumah jika kamu terus sembunyi di kamar, namun ketika semua sudah bersih, rapi, makanan sudah matang, baru kamu nongol. Pasti kurang pentas dilihat ya.   Jadi, lakukan dengan percaya diri untuk segala hal yang baik di rumah orang lain. Lama kelamaan kamu akan merasa dibutuhkan, makin akrab dan nyaman tinggal di sana.  

#2 Sering Bertanya untuk Meminimalisir Kesalahan

Namanya juga rumah orang, pasti banyak hal yang tidak kamu tahu. Ketika tidak tahu, pastinya memancing kesalahan. Salah mengambil gelas yang ternyata hanya biasa dipakai kepala keluarga, atau mungkin ada anggota keluarga yang punya teritori terhadap barang-barang tertentu. Mungkin piring kesukaan nyonya rumah, mangkuk kesayangan anak, dan lain-lain.   Meski begitu, terlalu sering bertanya juga tidak bagus ya.

Terus gimana? Ya, tanya yang kira-kira memang wajar ditanyakan saja. Idih, rempong amat!

Ya, begitu memang Gaes… Kita memang harus mau repot ketika numpang di rumah orang. Nggak akan selamanya begitu kok.. Nanti ketika sudah biasa, maka otomatis kamu akan paham dan tidak canggung. Jadi, tidak perlu banyak bertanya lagi.   Di awal-awal kamu tinggal di sana, mungkin harus bertanya “boleh pake piring ini nggak?”, “lap yang buat bersihin ruang tamu yang mana ya?” dan sebagainya. Seperti itu ilustrasinya.  

#3 Jangan Mudah Baper oleh Sikap Tuan Rumah

Namanya di rumah sendiri, pasti tuan rumah akan bersikap apa adanya. Segala yang ia lakukan adalah kepribadian dia yang sesungguhnya. Bisa jadi ia pemarah, mudah stres oleh hal-hal sepele, cerewet, suka memarahi anaknya, jarang mengajak kamu bicara, dan mungkin sering bertengkar dengan pasangannya.  

Kalau kamu mudah terbawa perasaan (baper), maka kamu jadi tidak nyaman. Nggak betah. Lama-lama, mungkin kamu akan memberikan respon tidak menyenangkan kepada tuan rumah.   Mungkin kamu jadi sering cemberut, murung, hingga sikap terbuka seperti nyolot atau sekedar menyindir. Padahal apa yang dilakukan tuan rumah bukan untuk menyakiti kamu. Itu hanya bebasnya dia berekspresi di rumah sendiri. Bisa saja sama sekali tidak ada hubungannya sama kamu.

Jika kamu sudah bersikap tidak menyenangkan, pasti timbul konflik dengan yang punya rumah. Tambah nggak enak dong.  

So, cobalah untuk memaklumi. Jika memang kamu benar-benar terganggu, sesekali kamu bisa menghindar cari udara segar. Bisa main dengan teman-teman, atau kegiatan lain yang positif supaya jaga mood kamu.  

#4 Selalu Berlaku Hukum Give and Take

Meskipun yang kamu tinggali adalah rumah kakak kamu sendiri, misal, dan mereka sayang sama kamu, tapi kalau kamu seenaknya, malas-malasan, pasti kakak kamu lama kelamaan juga akan dongkol. Memberi tidak selalu harus berupa materi. Tenaga juga bisa kamu gunakan untuk meringankan pekerjaan rumah tangga.  

Mari kita berpikir logis saja. Kali aja kamu berpikir “Lho, malas banget aku dianggap pembantu. Harus nyuci, nyapu, dll”   Gaes, pekerjaan itu nggak akan menyita waktu kamu seharian kok. Paling misal membantu menyapu halaman, menyapu rumah, mencuci piring, memakan waktu sekitar 2 jam. Tergantung luas rumah maupun banyaknya piring.  

Terus kalau kamu masih mikir, “ah, daripada kaya babu, mending punya rumah sendiri aja.” Ya, memang sekali lagi, tinggal di rumah sendiri lebih nyaman. Tinggal di rumah orang tidak bisa seenak hati. Alasannya, pasti mudah terjadi konflik dan pasti ke depannya menyulitkan kamu sendiri.   Selain itu, kamu perlu tahu bahwa jika kamu tinggal di rumah sendiri seperti ketika sudah berumah tangga, kesibukan kamu akan lebih banyak. Meskipun mungkin kamu saat ini membayangkan enaknya, yaitu bisa memilih malas atau rajin terserah kamu.  

Tapi ingat, nantinya tetap akan ada tuntutan yang membuat kamu menjadi lebih sibuk. Apalagi ketika sudah punya momongan atau menjadi ibu rumah tangga, kesibukan kamu bisa sehari full.  

Banyak juga yang akan kamu urus. Mulai dari memasak, mencuci baju, bersih-bersih rumah, menjaga anak kamu yang masih kecil, hingga melayani suami. Kamu juga mengurusi tagihan listrik bulanan, beli gas elpiji rutin, bayar internet rumah, dll.

Nah, jika hanya numpang tinggal, kamu tidak perlu memikirkan itu. Hanya tinggal saja dengan tenang. Ya, tentu dengan cara-cara hidup yang pantas.   Nah dari situ saja, misal ada anggota keluarga atau orang asing yang ikut tinggal di rumah kamu, apa yang akan kamu pikir kalau orang yang numpang itu tidak peka, malas membantu pekerjaan kamu, atau malah nambah pusing karena bikin emosi.  

Kalau bisa merasakan sendiri bagaimana jadi yang punya rumah, kamu pasti tahu harus gimana. Kamu menerima (take) tempat bernaung cuma-cuma, maka harus ada yang bisa kamu berikan (give) supaya bisa mempertahankan keikhlasan tuan rumah yang menyayangi kamu.

Sedikit Penjelasan di Balik Pelajaran Hidup di Atas

Sebenarnya tips ini hadir dari sudut pandang sebagai tuan rumah, ya teman-teman. Ini intinya sih semacam saran untuk kamu yang sedang atau hendak tinggal di rumah orang lain atau rumah saudara kamu di perantauan.

Jadi, beginilah isi hati dan juga saran seorang tuan rumah untuk kamu yang menumpang. Pada dasarnya, menjadi tuan rumah itu pasti akan senang menampung saudara atau orang yang membutuhkan tempat tinggal.

Selain mendapatkan pahala, juga bahagia karena membantu orang lain. Namun, sayangnya pada prakteknya, semua tidak bisa berjalan sesuai ekspektasi. Saat keluarga belum menumpang, rasanya sudah membayangkan bagaimana nanti menyiapkan masakan enak untuknya, bagaimana bisa mengantarnya ke kampus, mendengarkan curhatannya soal pacar baru, dan lain-lain.

Kenyatannya, ada saja kondisi di mana kita sebagai tuan rumah merasa bahwa semua tidak berjalan sesuai harapan. Akhirnya, saya sendiri menetapkan “seandainya” orang yang menumpang mempraktekkan 4 pelajaran hidup ini, sebenarnya baik tuan rumah maupun keluarga yang menumpang itu bisa nyaman dan bebas melakukan apa saja sebagaimana di rumah sendiri. Tapi kebanyakan itu jarang terwujud. Hmm

Penyebab Harus Memperhatikan Adab Tinggal di Rumah Orang Lain, Walaupun Saudara Sendiri

Saya paham, bahwa 4 pelajaran hidup di atas nampak kaku dan mungkin terlalu perfeksionis. Namun, sebenarnya, ada alasan kenapa pada akhirnya meskipun punya hubungan keluarga, tetap saja harus menerapkan adab tinggal di rumah orang.

Demi meminimalisir konflik, mengurangi rasa canggung, dan supaya ada harapan bisa akrab dan terasa di rumah sendiri, mau tidak mau kamu harus memahami itu. Saya pernah merasakan tinggal di rumah keluarga baru, tinggal dengan saudara di perantauan, hingga menjadi tuan rumah dan menampung saudara.

Inilah alasannya mengapa harus tetap memperhatikan etika walau tinggal di rumah saudara sendiri.

1. Bagi Tuan Rumah, Watak Adik Kandung atau Adik Ipar Ternyata Tidak Sesuai Bayangan

Setelah berumah tangga, tentu ada waktunya kita mungkin akan menampung adik suami atau adik sendiri. Saat belum satu atap, belum berbeda status, rasanya mudah untuk berboncengan dengan adik ke mana saja, selalu bisa mengobrol sangat nyambung, dan lain-lain.

Begitu pula adik ipar. Saat belum satu rumah, mungkin adik ipar sangat manis, sopan, dan menghormati kita. Namun, setelah satu rumah, semua berbeda. Kita jadi tau sisi lainnya yang mungkin membuat kita kaget atau kecewa.

Akhirnya, mau tidak mau, walaupun keluarga sendiri, adik akan diperlakukan dengan manis ketika sikapnya baik. Namun, saat ia bersikap kurang baik, kita akan memilih dingin dan membiarkannya dengan dunianya sendiri.

2. Sikap Keluarga di Kampung Juga Mempengaruhi

Kamu yang tinggal di rumah saudara, sebaiknya juga memperhatikan bagaimana sikap keluarga di kampung. Apakah membuat tuan rumah yang kamu tumpangi nyaman atau sebaliknya.

Mengapa? Karena sikap keluargamu di kampung juga menentukan kenyamanan hubungan kalian.

Mulai dari izin ikut tinggal bersama, juga mempengaruhi keikhlasan tuan rumah dalam menampungmu, lho.

Bayangkan saja saat kamu sudah berumah tangga, tiba-tiba keluarga baru menumpang dalam waktu lama di rumah kamu. Namun, keluarganya tidak meminta izinmu sejak awal atau pun mengucapkan terima kasih karena bersedia memberikan tumpangan untuk anak atau adiknya di rumah kamu.

Pastinya hubungan kamu dengan orang yang menumpang juga jadi ikut tegang.

Kemudian setelah kamu tinggal bersama dengan tuan rumah, misalnya keluarga di kampung justru banyak mencari-cari kesalahanmu atas segala hal yang terjadi pada anak atau adiknya yang menumpang? Pastinya kamu mulai terbebani dengan keberadaan keluarga yang tinggal di rumahmu.

Jadi, kalau kamu perhatikan sikap keluarga kamu di sana, pasti kamu tidak langsung menghakimi sikap tuan rumah.

3. Terlalu Lelah dengan Pekerjaan Rumah Tangga

Tidak dapat dipungkiri bahwa setelah berumah tangga kesibukan makin banyak. Ada pekerjaan, anak, pekerjaan rumah, dan lain-lain. Tadinya ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga yang menumpang di rumah, justru tidak ada waktu yang cukup.

Maka, adik kandung atau adik ipar menjalani rutinitasnya sendiri. Kita menjalani semua masing-masing, yang penting menjaga kenyamanan satu sama lain. Jarak inilah yang juga membuat semuanya jadi kurang hangat dan mungkin membuat kamu jadi tidak leluasa walau hanya untuk menonton televisi di ruang keluarga.

4. Rutinitas Orang yang Menumpang Berlawanan dengan Aktivitas yang Punya Rumah

Jika di rumah kita sibuk memasak, mengurus anak, mencuci, membersihkan rumah, hingga pekerjaan, sementara adik yang menumpang mungkin kuliah atau bekerja. Mereka punya segudang kegiatan ekstra kulikuler, pelajaran di kelas, dan jam belajar.

Pagi hari mereka harus bersiap kuliah atau bekerja, sementara tuan rumah sibuk mengurus bayi, masakan, dan sebagainya. Semuanya sibuk dengan urusan yang berbeda.

Sekian alasan ini mau tidak mau membuat kamu perlu menjalankan etika tinggal di rumah saudara. Tentu ini membuatmu tidak nyaman, perlu ekstra emosi dan kesabaran.

Tetap Saja, Kamu Harus Tahu Bahwa Saudara yang Menampungmu Menyayangimu

Hanya saja, kamu perlu tahu, jika tuan rumah yang kamu tumpangi adalah kakakmu sendiri bersama kakak ipar, ingat bahwa mereka sebenarnya menyayangimu. Hanya saja, kondisi memisahkan jarak kalian.

Sebenarnya, adik kandung atau adik ipar bisa akrab dan nyaman dalam satu rumah (walau mungkin tidak akan sama dengan rumah sendiri), asalkan empat pelajaran hidup di atas kamu lakoni dengan penuh kesadaran.

Semoga kamu sukses meraih cita-citamu meski merasakan banyak lika-liku karena harus hidup numpang di rumah saudara. Bagitu pula yang sudah berumah tangga dan terpaksa harus menumpang di rumah orang tua, semoga segera berkembang dan maju supaya bisa merasakan kebebasan dan kenyamanan. Hidup mandiri bersama keluarga kecil dan lebih bahagia.

Intinya, tips agar nyaman saat tinggal di rumah orang lain bagaimanapun tetap harus menjaga etika dan sikap yang baik. Kamu harus menyadari 4 pelajaran di atas dan sebabnya kenapa harus memperhatikan adab menumpang rumah orang. Supaya kamu nyaman, tetap terjalin hubungan baik dengan saudaramu, atau dengan tuan rumah walaupun nantinya sudah tidak lagi satu atap.

You May Also Like

22 Comments

  1. bimorafandha Juni 17, 2020 at 2:45 pm

    Waktu aku ke Bandung dan terpaksa nginep dj tempat saudara, empat hal ini yang aku terapin. Istilahnya tahu kapasitas kita ya kak.

  2. Inez Dwijayanti Juni 17, 2020 at 2:45 pm

    saya kalo lg di rumah orang lain suka ga enakan si kalo abis makan ga nyuci piring. jd kadang saya bawa piring ke dapur dan nyuci sdr.

  3. Lidya Fitrian Juni 17, 2020 at 2:45 pm

    aku belum pernah numpang tapi ditumpangi pernah, nah itu sebagai penumpang memang harusnya mempelajari hal-hal kaya yang ditulis di artikel ini supaya sama-sama enak ya bagi tuan rumah juga

  4. 3835 Juni 17, 2020 at 2:45 pm

    pas banget nih kak, pasti base on true stories nih. jika tidak sangat susah memperoleh tips dan triks ini, dan yang juga mengalami pastinya akan setuju.

    1. Maya Maret 8, 2022 at 4:09 pm

      Aku sekarang tinggal di rumah orang yang jauh dari kampung aku hingga aku selalu merasakan kesedihan yg berlarut larut ketika aku di omelin kadang perasaan aku uhhhh meledak dan kadang aku juga merasakan sangat merindukan orang tua yg jauh di sana dan kadang aku merasa tegang ketika hendak melakukan sesuatu

  5. sari widiarti Juni 17, 2020 at 2:45 pm

    Sayaaaa.. lumayan sering nginep ke rumah teman kalau mau traveling ke luar kota, sudah seperti base camp, tapi tetep aja sungkan. Berusaha gak ngerepotin, terutama kalau mandi jangan lama-lama :))

  6. Zee Vorte Juni 17, 2020 at 2:45 pm

    saya sering point semua itu saya rasakan saat mau kerumah orang lain, dan harus pandai diri dalam posisi untuk membantu tuan rumah dan juga harus membaca situasi karena kalo kita tidak pandai membaca situasi tuan rumah nanti malah di usir

  7. Iim Rohimah Juni 17, 2020 at 2:53 pm

    oh ya betul itu mbak, mandi apalagi kamar mandi cuma satu ya… kalau banyak sih ngga terlalu masalah kali ya

    1. Aidil April 4, 2023 at 5:43 pm

      Terimakasih kak tips nya

    2. Aidil April 4, 2023 at 5:44 pm

      Terimakasih kak tips nya semoga tambah semangat

    3. Aidil April 4, 2023 at 5:44 pm

      semoga tambah semangat

  8. Iim Rohimah Juni 17, 2020 at 2:53 pm

    kalau ngusir sih tuan rumahnya lumayan sadis ya kak hehe

  9. Iim Rohimah Juni 17, 2020 at 2:54 pm

    heem betul kak… ada pengalaman lahirlah sharing spt ini pasti banyak juga yang ngalami

  10. Iim Rohimah Juni 17, 2020 at 2:55 pm

    aku dua duanya ngalami mba hehe… lumayan bikin saling introspeksi aja

  11. Iim Rohimah Juni 17, 2020 at 2:56 pm

    ngga enakan bisa jadi modal supaya jadi penumpang yang baik kali ya mba.. hehe

  12. Iim Rohimah Juni 17, 2020 at 2:58 pm

    betul bgt kak, kalau ngga, nanti jadi konflik… kalau numpangnya sebentar sih mungkin ngga terlalu masalah ya

  13. Dian Juni 20, 2020 at 10:59 pm

    Benar ini tipsnya, aku pun dulu sempat setahun tinggal di rumah mertua..
    Klo kita bisa bersikap baik, pasti semuanya juga baik

  14. Jasmi Bakri Juni 25, 2020 at 4:22 am

    Ini yang diajarkan keluargaku kalau harus tinggal di rumah orang. Hal yang selalu aku ingat adalah take an give. Jadi sebisa mungkin aku ikut bantu-bantu tugas domestik juga di rumah yang aku tumpangi.

    1. Cica Juni 9, 2022 at 7:31 am

      Halo kak aku juga menumpang di rumah keluarga saya ada 2 orang yg menumpang semua masih kuliah tapi saya pendatang baru di keluarga tersebut
      Saya ingin membantu meringankan domestik seperti membeli sembako
      Tapi teman yg saya temani gak mau ikut mengeluarkan pengeluaran untuk tuan rumah
      Gimana solusinya yah kak

  15. Marfa Juli 12, 2020 at 10:03 am

    pernah mengalami dua2nya ada orang yang nginep di rumah dan pernah juga nginep sebulanan karena KKN tp poskonya di rumah temenku. yang paling penting betul menghormati dan jangan seenaknya sekalipun pemilik rumah orangnya selow, biar sama2 enak 🙂

  16. RAMAYU DP Juni 30, 2021 at 11:23 am

    Orang tua selalu pesan, dirumah orang lain meskipun saudara harus jaga sikap dan gaboleh males , dan perbanyak sabar 🙂

  17. Sara Mei 26, 2023 at 6:21 pm

    Aku punya banyak pengalaman tinggal sama orang lain (walaupun masih keluarga). Dari kecil bahkan aku dirawat oleh adiknya mamaku karena pada saat itu kedua orang tuaku telah berpisah. Tante aku ini terkenal dengan emosinya yang meledak-meledak bahkan tak segan untuk main fisik (fyi tanteku ini punya usaha warung makan gitu), singkat cerita pada saat aku kelas 4/5 SD usaha beliau harus gulung tikar alhasil aku berpindah ke tante aku yang lainnya (tante yang ke-2 ini adalah sepupunya mamaku) aku tinggal bersama tanteku yang ke-2 cukup lama hingga aku SMA. Tanteku ini juga punya usaha warung makan. Selama jangkka waktu yang panjang itu banyak hal terjadi, dimarahi, disinisi, dicaci maki dan sebagainya. Namun, karena mamaku termasuk orang yang tidak mampu aku jadi tidak bisa kemana-mana dan hanya menerima nasib. Puncaknya pada saat SMA aku memutuskan untuk ikut keluarga bapak aku, beliau adalah paman aku, Adik dari bapakku yang sudah menikah tetapi belum dikaruniai buah hati. Di rumahnya om aku ini aku tinggal bersama 2 sepupuku yang memiliki riwayat Ibunya meninggal dan bapakknya menikah lagi (fyi, Ibunya adalah anak bungsu dari keluarga bapakku) dan hidupku berjalan cukup baik. Hingga akhirnya aku masuk perguruan tinggi dan lagi-lagi tinggal bersama orang lain (walaupun masih keluarga). Kali ini, beda kota dengan budaya dan kebiasaan yang jauh berbeda dan mentalku seperti dihajar 3x lipat dari pengalaman tinggal bersama orang lain sebelumnya. Saudaraku yang adalah istri dari adiknya bapakku yang lain yang kebetulan telah meninggal cukup lama. Di rumah ini tedapat 3 kepala keluarga, tanteku yang seorang janda dan 2 anaknya yang telah menikah dengan masing-masing telah memiliki 2 pasang anak. Tanteku ini memiliki 3 anak, 2 laki-laki dan satu perempuan. ketiganya telah menikah, anak yang pertama tinggal di luar kota. Ingin rasanya pergi tapi tetap tidak bisa karena saya harus berhemat untuk alasan biaya. Jadi, yang bisa saya lakukan hanyalah banyak bersabar saja. Terima kasih telah membaca tulisan yang cukup panjang ini. aku hanya butuh tetap cerita

Leave a Reply