Suka Duka Long Disntance Marriage (LDM) dengan Suami
Long disntance marriage adalah menjalani pernikahan tapi harus berpisah dengan jarak dengan pasangan. Sebenarnya long distance marriage atau LDM setiap pasangan kondisinya tidak sama. Pasangan A dan B yang menjalani LDM pasti pengalaman nya tidak sama dengan pasangan C dan D.
LDM istri dengan suami memang punya pengalaman yang berbeda-beda. Tapi, di tulisan ini, saya mencoba menggali bagaimana suka duka LDM setelah menikah dari berbagai sumber dan pengalaman teman. Khususnya dari pengalaman kaum istri.
Untuk yang tidak menjalani long disntance marriage atau bersatu dengan mesra setiap waktu hihiy, coretan ini bisa jadi pertimbangan di kala ingin nyoba LDM kaya yang lain. Siapa tau kan? Atau ada kondisi di mana ada kemungkinan akan ldm dengan suami. Jadi, apa saja ya suka duka ldm dengan suami? Yuk kita bahas.
Duka Long Disntance Marriage dengan Suami
Kita awali dengan susah atau dukanya menjalani ldm dengan suami. LDM pasti banyak kisah duka dan tidak menyenangkannya ya.
Pertama, Harus Melakukan Segalanya Sendirian
Seperti dilansir dari wolipop.com, duka menjalani hubungan jarak jauh dengan suami membuat istri harus rela melakukan segalanya sendiri. Kegiatan yang biasanya membutuhkan pendampingan suami, seperti periksa kehamilan ke rumah sakit harus sendiri, di kala para istri lainnya ditemani suami.
Meskipun kadang kita bisa dibantu keluarga dekat, tapi ada rasa sedih juga. Wajar, karena suami adalah orang terdekat kita.
Kedua, Bingung Kalau Genteng Bocor, atau Listrik Konslet
Banyak hal yang membutuhkan tenaga pria dalam kehidupan kita sehari-hari. Seperti membetulkan atap rumah, memperbaiki pintu, dan memperbaiki listrik yang konslet.
Walaupun bisa diakali dengan membayar jasa tukang, tapi tidak sepraktis bila dibantu suami kan? Bahkan tanpa harus kita minta tolong, kalau ada suami semua bisa dibereskan tanpa kita tunggu. Sekalipun kita belum menyadari ada yang rusak. Tau tau sudah dibetulkan oleh pak suami.
Beda jika sendirian, kita harus menyadari kerusakan di rumah dan menyelesaikan itu sendirian. Lumayan nambah beban kan?
Ketiga, Berpotensi Salah Paham dan Bertengkar
Hubungan jarak jauh juga bisa memicu salah paham hingga pertengkaran. Terutama jika tidak mampu berkomunikasi dengan baik.
Telat tidak menjawab telepon, lama tidak membalas chat, salah bicara, bisa membuat pasangan dan mungkin kita pribadi sebagai istri jadi terbawa emosi.
Seperti curhatan seorang wanita di wolipop.com tadi, katanya komunikasi dengan suami jadi sangat buruk. Malah ketika bertemu pun jadi canggung dan seperti ada jurang pemisah di antara mereka.
Memang sih, setiap orang punya kemampuan komunikasi yang berbeda-beda. Bukan hanya itu, pribadi masing-masing orang tidak sama. Dengan LDM, bisa jadi menambah masalah atau malah hubungan lebih sehat.
Senangnya Long Distance Marriage dengan Suami
Berbicara mengenai hubungan yang sehat, LDM juga ternyata ada sisi positif nya lho. Bahkan bisa dikatakan suatu kesenangan tersendiri bagi seorang istri. Bukan berarti senang berpisah dengan suami, tapi ada hal-hal positif yang didapatkan ternyata. Apa saja ya?
Pertama, Bisa Punya Lebih Banyak Waktu Luang
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran suami juga menambah kesibukan istri. Kegiatan berbau per-suami-an bisa dieliminasi kalau LDM. Tidak lagi harus tergopoh bangun sangat pagi untuk sarapan pak suami, membuatkan minum, memijat, membelikan rokok di warung, menyetrika baju dadakan, masak dadakan walau hanya mie instan, dan hal lain. Bahkan keberadaan suami di rumah membuat istri segan untuk pergi keluar rumah. Jadi, semua terikat oleh suami. Kurang lebih begitu.
Beda jika suami tidak ada. Semua kegiatan itu tidak perlu lagi dilakukan. Mungkin itu sebabnya ya, teman-teman saya yang suaminya merantau, mereka bisa jalan-jalan, hangout bareng sambil bawa anak masing-masing, hingga berani mengambil amanah jadi ketua komite sekolah.
Kedua, Kemandirian Lebih Terasah
Bisa karena biasa. Kalau tidak terbiasa maka jadi tidak bisa. Ya begitulah. Ada suami di rumah, tidak biasa nyetarter motor sendiri. Eh, saat motor di jalan mogok jadi baper dan nelangsa.
Kalau sudah biasa mandiri tanpa bantuan suami, istri bisa belajar melakukan banyak hal sendiri. Tidak heran bila perempuan ldr lebih tangkas. Bisa ngurus usaha tanpa intervensi pasangan, menghendel tukang bangunan sendiri, hingga berkarya lebih leluasa.
Bahkan dengan melakukan banyak hal sendirian, istri jadi tahu lika liku dan pernak pernik kebutuhan sehari-hari. Kemapuan dan pengalaman lebih kaya. Ada suami pesan grab car saja dipesankan, cek in hotel diuruskan, dan lain-lain dibantu paksu. Kalau melakukan sendiri, istri jadi kaya pengalaman pastinya. Jadi tahu hotel mana yang harganya paling murah, Cs nya paling ramah, aplikasi apa yang paling recomended buat pesan tiket online, dan sebagainya.
Ketiga, Kangen dan Lebih Mesra Saat Bertemu
Sisi positif lainnya dari LDR dengan pak suami adalah bisa memupuk rasa rindu. Akhirnya kalau bertemu jadi mesra banget. Tidak bertemu dalam waktu lama dan hanya bertemu seminggu sekali, sebulan sekali, membuat pertemuan lebih berkualitas. Kalau sudah begini, dunia serasa milik berdua. Hay hay.
Tentu dengan catatan komunikasi selama jarak jauh dengan pasangan tidak memiliki masalah atau kesalahpahaman. Kepercayaan dalam hubungan juga terjaga. Sehingga yang lebih dominan adalah rasa kangen dan kemesraan saat bertemu.
Itulah suka duka Long Distance Marriage (LDM) dengan suami yang mungkin banyak dialami para istri. So, buat Bunda yang LDM, apakah poin tadi cocok? Kalau beda, boleh dong kasih tau di komentar.
Memang dalam sebuah keluarga harus ada figur seorang ayah, ada beberapa hal yang memang ayah saja yang bisa melakukan.
Selalu ada plus minus dalam segala situasi ya kak.. kalo selalu berfokus pada minus nya jadi keluhan terus.. kalo berfokus ke plusnya tentu akan bisa menikmati segala situasi..
Saya pernah LDR-an dengan suami sekitar setahun. Qadarallah, di suatu malam, saat itu sedang hujan deras sementara saat saya dan anak-anak tengah terlelap, tiba-tiba selembar genteng rumah diterbangkan angin. Kebayang kan paniknya saat itu karena seketika kamar kami ditimpa air dari langit, mana suami lagi gak ada. Ya udah, saya pun terpaksa mendadak perkasa dengan memindahkan barang-barang yang lumayan besar dan berat. Pokoknya gak bisa lupa deh dengan kejadian ini.
Alhamdulillah saya hampir gak pernah LDR'an hahhaa… yang penting komunikasi ya mbak.. mau gimanapun setap orang memiliki kondisi rumah tangga yang berbeda, sesuai kebutuhan 🙂
Tips paling penting kalau LDR atau LDM adalah komunikasi dan saling percaya. Dulu sempet LDM sama suami selama kurang lebih 2 tahun. Kalau inget2 zaman itu kok kayaknya hebat banget bisa survive hahaha
Salah satu hal postif dari LDR adalah kita jadi mudah rindu terhadap pasangan. Hal ini tentu sulit terjadi jika kita tinggal serumah dg pasangan.
Aku pernah semi LDR hehehe soalnya jaraknya cuma Bekasi – Bandung & tetap ketemu satu minggu sekali di weekend. Untuk mandiri aku termasuk yang mandiri sih cuma kalo kelamaan LDR ya gak enak, akhirnya suami balik lagi ke Jakarta kerjanya
Nggak bisa milih yang poin mana karena nggak punya suami.
Cuma bisa pesen, yang masih punya suami baik, banyak-banyakin aja bersyukur.
Selalu ada suka dan duka dalam sebuah hubungan ya, mba. LDR aja punya kelebihan dan kekurangannya, tapi kesemuanya membuat hubungan atas dasar saling percaya semakin kuat.
ternyata dalam hubungan rmah tangga pun bisa pasti akan ada LDR hehe karena yaa emang begitu pasti sakitnya di istri nantinya
Aku pernah ldr an, tapi cuma 6 bulanan aja..
Rasanya nggak nyaman, mgkn krn akunya kurang tangguh, hehe
Dari sewaktu gadis, saya sudah tinggal mandiri jauh dari orang tua sehingga waktu itu berprinsip apapun pekerjaan di rumah saya harus bisa lakukan sendiri. Kalau benerin genteng bisa banget, dulu sejak kecil sering manjat genteng haha. Lalu angkat galon, masang lampu, masang gas, dll saya biasa kerjakan sendiri. Jadi kalau sekrang-sekarang ini saat suami nggak di rumah misalnya keluar kota, tetap masih bisa melakukan ini itu sendiri.
Jujur, karena orangtua saya sempat LDR saya nggak mau ikut ikutan LDR dengan pasangan saya. Alasannya bukan soal waktu luang, sebab hal hal sepele bisa dilakukan bersama dan dibicarakan. Pun soal kemandirian, rasanya tergantung individu masing masing, mau mandiri atau terus bergantung.
Sebab LDR bagi saya, juga membuat anak kekurangan bonding dengan salah satu atau kedua orangtuanya.
Kecuali darurat ya. Mau gimana lagi.
Aku belum pernah LDR setelah menikah mba, soalnya emang belum menikah ehehe #mintadilemparpanci ini mah. Tapi kebetulan dulu kakakku pernah LDR setelah menikah. Dan pernah miss komunikasi gitu sih. Temen juga sama kurang lebih pengalamannya sama kayak yang mba tuliskan di atas. Jadi semakin terasah juga kemandiriannya apalagi pas udah punya anak.
belum sampe punya suami, tapi kadang memang ldr ni berasa menyebalkan kalau berantem hahahaa
Saya pun LDM nih, srbasalah juga sih, pengennya bisa deket sama suami tapi kalau deket nambah yang diurus juga, sejauh ini ya dinikmati aja suka dukanya, disyukuri semuanya
Yg ini "
Ketiga, Berpotensi Salah Paham dan Bertengkar" lebih rentan kena masalah kak.. Solusinya hanya komunikasi wajib lancar..
Dulu waktu Pewe dan aku masih sama-sama kerja, kami ya sering LDR-an, belum lagi kebiasaanku sering ke Surabaya atau Banjarmasin kadang bisa sampai berbulan-bulan kami tak bertemu. Seru, kangen, dan emang jadi lebih mandiri sih, tapi tantangannya ya banyak ya kalau lagi LDR-an lama gitu… hahaha
Yang kutakutkan waktu LDR adalah masang galon huhu nggak bisa masang galon aku kak .Pernah LDR setahunan memang rasanya jadi nggak ada beda kayak single
kok hampir-hampir mirip dengan pengalamanku ini mb. Cuman sayangnya saat itu, LDR membawa luka yg menyayat hati, hingga berujung pada perpisahan. Tapi itulah masa lalu baik LDR atau tidak pasti selalu ada hal positif dan negatifnya
Aku belum pernah merasakan LDR sama suami, palingan kalau suami lagi business trip seminggu atau 2 minggu, berasa merdeka bisa keluyuran kemana2 hahaha