Bagaimana Sebaiknya Ibu Membicarakan Menstruasi kepada Anak?

tips membicarakan menstruasi kepada anak
ibu membicarakan menstruasi kepada anak perempuan, by Freepik.com

Membicarakan menstruasi kepada anak perempuan maupun laki-laki itu perlu sekali, lho teman-teman. Mengapa? Berikut ulasannya.

Saya masih ingat tentang teman saya Meli di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi rendah diri karena mengalami menarke (menstruasi pertama). Waktu itu, dia sampai menganggap teman-temannya akan menjauhinya ketika menstruasi.

Padahal, kami pun tinggal menunggu giliran menarke setelah dia. Kita sama-sama akan mengalami itu karena sama-sama perempuan dan itu normal. Hanya saja, teman saya yang satu itu katanya merasa khawatir, malu, hingga terbawa mimpi bahwa teman-temannya mengasingkan dirinya di sekolah karena datang bulan.

Ternyata, beberapa bulan kemudian dia bercerita bahwa penyebab semua itu berawal dari respon kedua orang tuanya ketika hari pertama haid.

Pentingnya Respon Orang Tua Saat Anak Mengalami Menarke

Respon orang tua, khususnya ibu sangat penting. Bahkan, seharusnya ibu men jadi orang pertama dan utama yang memberikan edukasi tentang menstruasi kepada anak perempuannya. Lebih jauh lagi, ibu selayaknya menanamkan sikap positif tentang periode yang normal dialami kaum wanita.

Hal ini juga yang ditekankan oleh Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Wilayah Jakarta, Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si., dalam webinar “Sehat dan Bersih Saat Menstruasi” yang diadakan oleh Betadine, 27 Mei 2021. Beliau memaparkan bahwa ibu perlu tahu cara membicarakan menstruasi kepada anaknya. Selain bermanfaat bagi pemahaman anak yang positif tentang menstruasi, juga dapat mendekatkan ikatan psikologis anak dengan ibu.

Kembali kepada teman saya, Meli. Rupanya orangtuanya merespon dengan cara yang membuat teman saya merasa sangat malu. Teman saya bercerita bahwa ia tidak sengaja menaruh pakaian dalamnya di lantai kamar begitu saja. Ia tidak menyadari bahwa ternyata ia sedang haid pertama.

Ibunya masuk ke kamar secara kebetulan dan menemukan pakaian tersebut. Sayangnya respon ibunya di luar perkiraan. Beliau mengambil pakaian dalam teman saya itu dan bertanya setengah berteriak sehingga menghebohkan seisi rumah. “Ini darah apa, Mel?” Tanya beliau dengan wajah yang seolah marah dan terkejut. “Kamu sudah haid?” Lanjut beliau tanpa sedikitpun menurunkan nada bicaranya.

Meli sangat syok sekaligus malu karena ia pun baru tahu kalau pada pakaiannya ada darah. Ia baru tahu kalau ia sedang mengalami menstruasi pertama. Meli bilang, waktu itu dia hanya diam seribu bahasa. Perasannya campur aduk antara kaget, malu, dan sedih karena seolah menjadi orang yang buruk karena mengalami menstruasi.

Setelah itu, Meli memilih diam di kamar tanpa tahu apa yang harus ia perbuat. Beberapa saat kemudian, ibunya datang dan menyuruhnya membeli pembalut.

Ia bergegas ke warung terdekat dan dengan rasa sangat malu membeli pembalut kepada penjual di warung. Katanya, waktu itu bahkan kepada pemilik warung pun sangat malu dan minder. Padahal, pemilik warung juga sama-sama perempuan.

Terlebih, setelah ia pulang dan memakai pembalut tersebut, ia mendapati perkataan dari ayahnya yang membuatnya tidak merasa lebih baik. Setelah ia mengalami haid pertama dan merasa semua orang serumah (ibu, ayah, adik-adiknya) tahu, ia sangat risih bahkan untuk makan malam. Malam itu ayahnya berkata bahwa saat itu Meli sedang “kotor” di hadapan ibu dan adik-adiknya dengan nada yang datar seolah itu ucapan yang normal.

Istilah “kotor” di desa saya sebenarnya bukan istilah yang terlalu buruk. Orang-orang di sana menggunakan kata “kotor” bagi kondisi orang haid hanya untuk mewakili darah haid yang memang mengandung bakteri. Jadi, kotor di sini sama dengan melabeli segala benda yang memang tidak bersih.

Namun, saya yakin istilah tersebut tidak tepat dikatakan kepada remaja yang sedang mengalami menarke. Alih-alih memberikan pemahaman baru, justru membuat minder dan perasaan negatif pada diri sendiri dan lingkungan ketika sedang datang bulan.

Mendengar Meli menceritakan itu, saya merasa sedih. Jadi itu yang membuatnya tertutup hingga mimpi diasingkan oleh teman-temannya sendiri? Sangat disesalkan bahwaorang tua justru menjadi sumber perasaan dan fikiran negatifnya ketika mengalami menarke.

Peran Ibu untuk Memberikan Edukasi dan Sikap Positif

Apa yang dialami Meli adalah satu dari sekian banyak orang tua yang keliru dalam menyikapi kondisi anak perempuan yang sedang menginjak usia remaja. Bisa saja karena khawatir, merasa tabu, dan bingung bersikap, orang tua justru memberikan respon yang keliru seperti orang tua Meli.

Bukannya memberikan edukasi sejak awal, jauh-jauh hari, atau mengajarkan cara memakai pembalut yang tepat dan menjaga kebersihan selama menstruasi, justru membuat anak perempuannya minder dan takut. Ibu mungkin kaget ketika tahu anaknya telah beranjak remaja dan mengalami kematangan reproduksi. Ayah yang sejak awal tabu membicarakan “urusan wanita” malah mengatakan hal yang justru membuat canggung.

Beberapa penyebab sulitnya edukasi mengenai menstruasi, kata Anna Surti karena 4 hal;

  1. Pembicaraan menstruasi dinilai tabu
  2. Ibu kurang pengetahuan dalam membicarakan menstruasi
  3. Bingung memulai pembicaraan dari mana
  4. Remaja juga ragu mengenai kemampuan ibunya

Oleh sebab itu, tidak heran jika data dari Unicef tahun 2020 menyebutkan bahwa di Indonesia, 1 dari 4 anak tidak pernah menerima informasi seputar menstruasi sebelum menarke. Informasi tersebut tentu akan lebih baik jika mulai diberikan oleh ibu, sebagai orang terdekatnya dalam keluarga.

Bagaimana Jika Tidak Dibicarakan?

Anna Surti dalam Webinar Betadine mengatakan bahwa jika tidak membicarakan menstruasi kepada anak, maka bisa ada beberapa dampak.

Pertama, anak bisa mengalami emosi negatif seperti malu, cemas, marah, dan lain-lain. Hal ini pula yang dialami Meli seperti yang saya ceritakan di atas.

Kedua, timbul ketidaksiapan menghadapi menarke. Anak tidak paham dan bisa saja mendengar cerita-cerita tidak benar soal menstruasi. Misalnya haid itu menyakitkan sehingga ia tidak siap.

Ketiga, bisa memiliki kesalahpahaman tentang menstruasi. Salah satu contoh adalah bahwa orang yang haid dianggap sebagai perempuan yang genit. Mungkin teman-teman pernah mendengar mitos semacam itu. Akibatnya remaja khawatir dijauhi orang lain, dianggap buruk, dan sebagainya.

Bagaimana Jika Dibicarakan?

Sebaliknya, jika orang tua khususnya ibu membicarakan menstruasi kepada anaknnya, maka akan memberikan manfaat positif. Antara lain;

  1. Kesehatan reproduksi remaja lebih baik, karena anak memperoleh informasi bagaimana seharusnya merawat diri saat datang bulan.
  2. Menunda hubungan seksual pertama.
  3. Mengurangi resiko masalah kesehatan mental terkait seksualitas.
  4. Hubungan ibu dan anak remaja lebih dekat.

Apa Topik dalam Membicarakan Menstruasi Kepada Anak?

Membicarakan menstruasi itu ternyata penting karena berdampak besar bagi remaja putri. Tidak hanya sekali, ibu perlu memberikan membicarakannya sejak sebelum anak mengalami menarke dan sesudahnya.

Beberapa hal yang mejadi topik pembahasan ibu kepada anak soal menstruasi di antaranya:

poin tenting dalam membicarakan menstruasi kepada anak perempuan
sumber dari Meteri Webinar Betadine

Cara Membicarakan Menstruasi kepada Anak

1. Ibu Paling Diharapkan

Ibu adalah orang yang paling diharapkan oleh anak untuk membahas soal menstruasi. Oleh sebab itu, ibu perlu membekali diri dengan berbagai ilmu, baik ilmu tentang menstruasi maupun cara berbicara yang tepat soal itu kepada anak, termasuk apa saja mitos dan fakta seputar menstruasi.

2. Tidak Memandang Tabu

Membicarakan menstruasi itu penting karena berkaitan dengan kesehatan reproduksi anak perempuan nantinya dari generasi ke generasi. Edukasi soal menstruasi secara positif dan kesehatan reproduksi turun temurun.

3. Bersikap Positif

Isu pubertas termasuk menstruasi bisa jadi sensitif bagi remaja. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan sikap positif supaya anak lebih nyaman dan bersikap positif saat mengalami menarke dan kondisi menstruasi seterusnya.

4. Banyak Bertanya dan Berdiskusi

Ini juga penting, bahwa ibu selalu berbincang dengan anak soal menstruasi daripada menghakimi dan menceramahi. Ibu bisa sharing pengalaman pribadi soal menstruasi secara positif. Jika memang ada yang tidak bisa dijawab, ibu bisa mengatakan perlu berpikir dulu dan mencari jawabannya.

5. Menjelaskan Secara Kongkrit

Alih-alih memberikan ilustrasi yang samar dengan tujuan agar pembahasan menstruasi tetap ‘halus’, sebaiknya ibu memberikan penjelasan kongkrit. Anak akan lebih mudah memahami jika ibu menjelaskan dengan gambar anatomi tubuh manusia, menjelaskan penggunaan pembalut yang benar supaya terhindar dari berbagai masalah kesehatan seperti iritasi area kewanitaan dan sebagainya, atau melakukan games seperti Menstrual Maze.

6. Menjelaskan Juga kepada Anak Laki-laki

Siapa bilang anak laki-laki tidak memerlukan edukasi soal menstruasi? Ini juga perlu sekali lho teman-teman, supaya anak laki-laki bisa menghargai perempuan yang sedang datang bulan. Nantinya ia lebih bisa memahami perempuan dan tidak mengejek ketika ada temannya yang sedang menstruasi.

Sebaliknya, anak laki-laki justru menjaga dan membantu perempuan seperti membawakan minuman hangat jika ada teman perempuan yang lemas karena sedang menstruasi. Ia juga bisa ikut menghalangi jika ada perempuan yang mengalami bocor saat sedang haid.

Tips dan pemaparan dari Anna Surti serta pembicara lainnya dalam webinar Betadine ini sangat membantu dan mencerahkan. Khususnya dalam menyikapi anak remaja perempuan yang menginjak usia remaja.

Itulah cara yang tepat bagi ibu dalam membicarakan menstruasi kepada anak perempuannya. Ibu berperan penting sekali dalam menanamkan sikap positif dan cara yang benar dalam menjaga kebersihan dan kesehatan diri saat menstruasi. Begitu juga jika punya anak laki-laki, ibu perlu memberikan edukasi supaya anak laki-lakinya menghargai perempuan dan membatu.

You May Also Like

19 Comments

  1. Icha Marina Elliza Juni 2, 2021 at 4:32 pm

    Iya bener kak.. membicarakan menstruasi dengan anak harus dengan bahasa yang tepat. Takutnya akan terjadi seperti Melli.. yang merasa rendah diri karena disebut “kotor”.

    Alhamdulillah saya sudah mendapat pengetahuan tentang menstruasi lebih baik dari Melli. Jadi saat menstruasi tiba, saya lebih siap.
    Tak lupa nanti saya juga akan memberi insight pada anak lelaki. Agar mereka lebih empati ketika ada temannya sedang mengalami menstruasi.

  2. Istiana Sutanti Juni 3, 2021 at 6:06 am

    Aahh mbak, ini pas banget isinya anak saya udah 9 tahun, udah waktunya mulai membicarakan tentang menstruasi.

    Dia udah tau sih kalau kita sebagai perempuan memang akan ada siklus bulanan, tapi belum ada pembicaraan lebih lanjut lagi. Thanks ya mbak tulisannya. Mengingatkan kembali kalau hal ini penting banget untuk dijelaskan sebelum menarke. 😊

  3. atiq Juni 3, 2021 at 11:50 am

    ternyata penting banget yaa membicarakan hal ini sama anak, baiknya lagi sejak dini jadi mereka sudah siap kalau masa ini tiba 🙂

  4. Ella+Fitria Juni 3, 2021 at 4:25 pm

    menarik banget acara webinarnya ya mbak, aku jadi tahu topik apa yang sebaiknya dibicarakan kepada anak yang belum menstruasi. memang udah semestinya memberikan edukasi seputar menstruasi ini kepada anak yg belum mens yaa. biar nggak kaget dan tahu apa yang harus dilakukan ketika dia mens nanti

  5. Okti Li Juni 3, 2021 at 9:12 pm

    Jadi sekarang memilih membicarakan sejak dini dong ya biar terbebas juga dari resiko terkena kanker serviks juga yang sangat membahayakan itu

  6. Akarui Cha Juni 3, 2021 at 11:41 pm

    Duh sedihnya ketika menarke pertama, sudah bocor, ke warung beli pembalutnya pun sendiri. Betapa anak remaja yang belum tersentuh pemahaman begini bikin sedih. Etapi beberapa temanku semasa kecil pun begitu. Tapi ada sih yang berani bahas duluan jadi temannya yang belum merasakan jadi tahu, walau sedikit.

    Sekarang, jadi lebih paham, bahwa urusan mens begini perlu dibicarakan dengan anak sejak dini.

  7. Muhammad nurfahrul Juni 4, 2021 at 4:09 pm

    Benar banget mbak, anak laki2 juga harus tau tentang ini,, bahwa mens itu bukan kelainan,, sempat kejadian pas saya masih SD Kls 6, temanku yang cw di bully habis2an karena mens pertama kli,,, iyya dia 2 kli tinggal kelas jd masa mens nya terjadi di sekolah dasar,, karena kejadian itu dia di bully habis2an karena cuman dia yg mens di bangku SD

  8. Elsa Lubis Juni 5, 2021 at 11:21 am

    syukur dulu pas pertama dapet di rumah, jd gak bingung dan sudah SMP. aku paling kasian sama anak yg masih SD tapi udh dpt, yaAllah ngurus diri sendiri aja msh kelimpungan, kumaha ngurus mens nya :”)) kayak kasian tp ya ibu berperan penting memang, klo gak anak jd nyari tau sendiri

  9. Mutia Ramadhani Juni 5, 2021 at 11:47 am

    Senangnya ada blogger juga yang mengangkat isu pentingnya edukasi menstruasi untuk anak laki-laki. Kebanyakan kasus memang sering sekali anak perempuan di sekolah kena bully temannya yang laki-laki kalo semisal kedapatan lagi menstruasi.

  10. iidYanie Juni 5, 2021 at 2:48 pm

    Webinar yang bermanfaat ya mba, jadinya saya lebih prepare memberikan edukasi yang baik pada anak perempuan tentang menstruasi ini

  11. Zen Juni 5, 2021 at 6:24 pm

    Penting banget untuk membicarakan haid pertama kali kepada anak perempuan. Soalnya, tentu untuk kesehatannya dan supaya nggak malu saat mengalaminya pertama kali.

  12. Marita Ningtyas Juni 5, 2021 at 7:04 pm

    Pengalaman temannya menyedihkan banget euy. Pastinya jadi trauma tersendiri ya. Aku yang alhamdulillah cukup dibekali ibuku sebelum menstruasi pertama tiba saja masih merasa persiapannya kurang, apalagi yang sampai dibilang “kotor” di hadapan seluruh keluarga,,, rasanya campur aduk pastinya..

    Itulah pentingnya ibu dan ortu membekali diri bagaimana berkomunikasi dengan anak seperti yang disampaikan mabk Anna Surti dalam webinar tersebut ya. Superr sih memang materinya.

  13. Nurhilmiyah Juni 5, 2021 at 7:41 pm

    Ibu memiliki peran yang amat sangat penting ya Mbak Iim dalam memberikan pemahaman tentang kebersihan menstruasi ini. Seperti mengganti pembalut 4 jam sekali supaya gak gatal vaginanya dan terhindar dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Betadine Feminine Care bagus juga ini buat menjaga kebersihan area kewanitaan

  14. Riana Dewie Juni 5, 2021 at 9:13 pm

    Ini setuju banget mbak. Gak boleh dianggap tabu, apalagi ini untuk investasi kesehatannya juga. Thank mbak, ini edukatif banget ulasannya

  15. Shyntako Juni 5, 2021 at 10:15 pm

    Momen menstruasi pertama itu krusial banget sih, kehadiran org tua terutama Ibu memang sangat penting, jadi anak gak kebingungan sendiri. Kaya jaman dulu, aku risih dan gak nyaman aja untuk bahas soal kesehatan reproduksi sama orang tuaku

  16. Mei Daema Juni 6, 2021 at 7:30 am

    butuh cara khusus memang seorang ibu untuk mengkomunikasikan soal mestruasi ini dan wajib disampaikan agar mereka mengetahui dengan baik, peran seorang ibu di sini dituntut hal-hal seperti ini

  17. Bayu Fitri Juni 7, 2021 at 11:48 am

    Ibu harus banyak pilihan diksi kata dan bersedia lebih banyak mendengar ya mbak jika sedang membicarakan menstruasi dengan remaja putrinya karena remaja putri zaman now banyak mendapat informasi dari dunia maya sehingga jika diskusi dengan ibu mungkin akan banyak pertanyaan yg harus mampu ibu berikan penjelsan yang lugas.

  18. Asih Mufisya Juni 13, 2021 at 8:29 pm

    Wanita dan haid sudah jadi satu paket yang perlu mendapatkan perhatian sejak dini. Kebersihan dan terus menjaga kesehatan memang penting adanya. Karena itu remaja putri sejak dini perlu mendapatkan edukasi supaya mereka paham dan tidak lalai.

  19. Aisyah Dian Juni 25, 2021 at 11:49 pm

    Setuju sekali kak biarpun kepada anak laki-laki Kita tetap harus mengedukasi nya daripada salah-salah ya kak Ketika Ada teman perempuannya yang menstruasi nggak serta merta dibully

Leave a Reply