Perbedaan GERD dan Asam Lambung: Mirip Tapi Tak Sama, Yuk Kenali Biar Nggak Salah Obat!

Pernah nggak sih kamu merasa perih di dada setelah makan pedas, atau tiba-tiba dada terasa panas seperti terbakar? Banyak orang langsung menyimpulkan, “Oh, ini mah asam lambung naik!” Padahal belum tentu, lho.

Bisa jadi gejala itu disebabkan oleh GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), kondisi yang sering disalahartikan sebagai asam lambung biasa. Nah, biar nggak salah paham dan salah obat, yuk kita bahas apa sebenarnya perbedaan GERD dan asam lambung!

Apa Itu Asam Lambung dan Fungsinya?

Asam lambung sebenarnya bukan hal yang jahat, kok. Cairan ini punya peran penting untuk membantu pencernaan, terutama memecah makanan agar lebih mudah diserap tubuh. Masalah muncul ketika produksinya berlebihan atau ketika katup antara lambung dan kerongkongan (disebut sfingter esofagus bawah) melemah.

Nah, kalau asam lambung naik sedikit ke kerongkongan dan hanya terjadi sesekali, itu disebut refluks asam atau penyakit asam lambung biasa. Biasanya, gejalanya hanya berupa rasa tidak nyaman di perut bagian atas, kembung, atau sendawa berlebih.

Lalu, Apa Itu GERD?

Kalau refluks asam terjadi terlalu sering dan menyebabkan peradangan di kerongkongan, di situlah kondisi itu disebut GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Jadi bisa dibilang, GERD adalah “versi kronis” dari asam lambung.

Menurut sebuah jurnal kesehatan berjudul “Gastroesophageal Reflux Disease: Pathophysiology and Treatment” yang diterbitkan oleh The New England Journal of Medicine (Vakil et al., 2006), GERD terjadi ketika asam lambung terus-menerus mengalir ke kerongkongan, menyebabkan iritasi, batuk kronis, hingga gangguan tidur. Dengan kata lain, jika kamu sering mengalami gejala seperti nyeri dada setelah makan, rasa asam di mulut, atau sulit menelan, bisa jadi kamu sedang berhadapan dengan GERD, bukan sekadar asam lambung naik.

Perbedaan Utama GERD dan Asam Lambung

Biar makin jelas, berikut beberapa perbedaan yang bisa kamu perhatikan:

1. Frekuensi dan Durasi Gejala

  • Asam lambung biasa: Terjadi sesekali, biasanya setelah makan berlebihan atau konsumsi makanan tertentu seperti pedas atau berlemak.
    • GERD: Terjadi berulang dan bisa berlangsung lama, bahkan setiap hari.

2. Tingkat Keparahan Gejala

  • Asam lambung biasa: Umumnya ringan dan cepat hilang dengan antasida atau istirahat.
    • GERD: Bisa menyebabkan nyeri dada hebat, batuk kronis, dan gangguan tidur.

3. Efek Jangka Panjang

  • Asam lambung biasa: Jarang menimbulkan kerusakan jaringan.
    • GERD: Dapat menyebabkan peradangan hingga luka di dinding kerongkongan (esofagitis) jika tidak diobati dengan benar.

Penyebab yang Harus Diwaspadai

Kedua kondisi ini bisa dipicu oleh gaya hidup yang kurang sehat. Misalnya:

  • Makan terlalu cepat atau dalam porsi besar.
  • Terlalu sering konsumsi makanan berlemak, pedas, atau asam.
  • Sering begadang atau langsung tidur setelah makan.
  • Berat badan berlebih (obesitas).
  • Merokok dan konsumsi alkohol.

Bahkan stres pun bisa memperparah kondisi ini, lho! Karena saat stres, tubuh memproduksi lebih banyak asam lambung, dan hal itu bisa memperburuk refluks.

Cara Mengatasi GERD dan Asam Lambung

Kabar baiknya, baik GERD maupun asam lambung bisa dikendalikan dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan yang tepat. Beberapa tips yang bisa kamu coba:

1. Ubah Pola Makan

Makan dalam porsi kecil tapi sering. Hindari makanan pemicu seperti kopi, soda, dan gorengan.

2. Hindari Langsung Tidur Setelah Makan

Beri jeda minimal 2–3 jam sebelum berbaring atau tidur.

3. Tidur dengan Posisi Kepala Lebih Tinggi

Ini membantu mencegah asam lambung naik ke kerongkongan.

4. Kendalikan Stres

Lakukan relaksasi, yoga, atau meditasi untuk menjaga pikiran tetap tenang.

5. Periksa ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Jika gejala sering kambuh, segera konsultasi dengan dokter agar dapat pemeriksaan lebih lanjut. Kamu bisa mencari tahu lebih lanjut di halaman ini.

Kapan Harus ke Dokter?

Kalau kamu sudah mengalami gejala seperti:

  • Nyeri dada hebat atau terasa terbakar,
  • Muntah darah atau tinja berwarna hitam,
  • Penurunan berat badan tanpa sebab jelas,
  • Atau sulit menelan,

itu tandanya kamu harus segera menemui dokter spesialis penyakit dalam. Jangan tunggu sampai parah, karena GERD yang dibiarkan bisa menyebabkan komplikasi serius seperti luka di kerongkongan atau bahkan Barrett’s esophagus.

Kesimpulan

Jadi, sekarang sudah lebih paham kan apa perbedaan GERD dan asam lambung? Walaupun gejalanya mirip, tapi tingkat keparahannya berbeda dan penanganannya pun tidak sama. Kalau hanya dianggap sepele, GERD bisa menurunkan kualitas hidupmu.

Kalau kamu sering merasakan gejala tersebut, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan di RS EMC. Rumah sakit ini memiliki dokter spesialis penyakit dalam yang berpengalaman dalam menangani gangguan pencernaan seperti GERD dan asam lambung, serta dilengkapi dengan fasilitas pemeriksaan endoskopi yang modern.

Menjaga pola makan sehat, tidur cukup, dan mengelola stres bisa jadi langkah awal untuk melindungi diri dari masalah lambung. Tapi kalau gejala terus muncul, segera konsultasikan ke ahlinya, ya. Karena tubuhmu pantas untuk dirawat dengan baik!

You May Also Like

Leave a Reply