5 Alasan Kenapa Istri Harus Mandiri Secara Finansial
Alasan Kenapa Istri Harus Mandiri Secara Finansial – Perempuan lajang yang ingin mandiri secara finansial biasanya bertujuan ingin berhenti membebani orang tua. Mungkin ada banyak alasan lainnya. Yang pasti mereka ingin mandiri dan tidak lagi tergantung kepada orang lain.
Namun, jika berbicara perempuan yang telah berumah tangga, masih banyak orang beranggapan bahwa perempuan tidak harus mandiri secara finansial. Alasannya, tulang punggung keluarga adalah suami.
Bahkan tidak sedikit orang juga mendorong perempuan supaya fokus mengurus rumah tangga. Bukan bekerja. Selaian pemahaman mengenai kodrat perempuan yang masih keliru, biasanya anggota keluarga atau sesama perempuan yang merasa pilihan fokus menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan terbaik.
Padahal, ada banyak alasan mengapa istri harus mandiri secara finansial lho… Kali ini saya khususkan bagi kaum wanita yang telah berumah tangga. Apa saja alasannya sehingga wanita harus mandiri secara finansial? Terutama wanita yang sudah menikah.
Apa Saja Alasan Istri Harus Mandiri Secara Finansial?
Pertama, Penghasilan Suami Tidak Selalu Cukup
Hal yang tidak pasti di antaranya adalah penghasilan suami. Bukan berarti pesimis, namun sudah menjadi hukum alam bahwa hidup itu memang selalu tidak pasti.
Dengan sama-sama bekerja, istri bisa menghendel keuangan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan pada pekerjaan suami. Selain itu, kalaupun semua tetap baik-baik saja, penghasilan istri bisa menjadi nilai tambah dalam ekonomi keluarga. Bahkan mungkin bisa lebih besar?
Selain itu, dengan turut mencari nafkah, banyak sisi positifnya. Di antaranya istri bisa merasakan sendiri bagaimana rasa suka duka mencari nafkah. Dengan demikian, istri lebih empati kepada suami. Artinya, tidak akan mudah menuntut ini itu karena paham betul bagaimana rasanya mencari uang. Dengan demikian, pengeluaran lebih hemat.
Kedua, Bagaimana Dengan Kesetiaan Suami? Aw Aw
Percaya kepada pasangan merupakan kunci utama keharmonisan pernikahan. Namun, banyak orang selalu menyarankan untuk menyisakan kepercayaan itu agar tidak seratus persen (yes, jangan 100%). Ya, sisakan sepuluh persen kira-kira untuk hal tak terduga.
Kecuali Anda adalah orang yang benar-benar kuat iman dan agamanya, saya yakin poin ini tidak perlu jadi alasan.
Mengapa? Ada istri-istri yang berprinsip sangat hebat. Suami adalah amanah dari Tuhan. Di mana peran istri hanya melakukan tugas-tugas yang diberikan Tuhan untuk menjalani kewajiban sebagai istri. Suami bukan miliknya, tapi milik Tuhan. Artinya, kalaupun suami menikah lagi dengan perempuan lain, itu bukan masalah. Malah ia menganggap ada yang meringankan tugasnya atau malah merasa memiliki teman baru dalam hidupnya. Give aplause!
Tapi…. jika orang biasa seperti saya, poin ini termasuk salah satu alasan mengapa wanita harus mandiri secara finansial. Dan saya yakin perempuan biasa seperti saya banyak di luar sana. Mungkin termasuk Anda pembaca.
Bicara soal kesetiaan hati dan perilaku suami, tentu tidak bisa kita jamin. Entah karena watak suami, karena situasi, atau karena memang ada perempuan lain yang menggoda. Pribadi istri sendiri yang bisa menilai. Istri paling tahu suami masing-masing. Tanya saja ke hati terdalam Anda.
Banyak istri yang mengalami kekerasan psikis seperti ini tidak bisa berbuat apa-apa karena alasan ekonomi. Jika melawan, takut diceraikan dan khawatir akan masa depan anak-anak. Akhirnya, istri yang tidak berdaya secara ekonomi memilih memendam rasa sakit demi keutuhan rumah tangga.
Padahal, bagaimana keluarga akan harmonis dan anak-anak berkembang secara baik, jika sang ibu tidak bahagia? Betul?
Jangan ragu, saat ini banyak kesempatan terbuka lebar bagi perempuan untuk bisa berdaya secara finansial. Jadi, jika poin kedua ini terasa cocok, sebaiknya Anda sebagai istri mulai memikirkan kemandirian finansial. Tidak ada salahnya berjaga-jaga kan?
Ketiga, Bisa Memberi Kepada Siapa Saja dengan Uang Sendiri
Uang hasil kerja seringkali bukan hanya diperuntukkan bagi kebutuhan rumah tangga. Ada kebutuhan untuk adik, untuk saudara, untuk orang tua, atau kado untuk acara spesial teman. Ya, pastinya dengan batas yang wajar.
Jangan lupa, istri bekerja juga bukan semata menambah pemasukan untuk keluarga, tapi nilainya lebih luas. Cek tulisan sebelumnya tentang Karir Bagi Perempuan Menikah, Bukan Hanya Sekedar Menambah Penghasilan Suami
Lanjut…
Nyesek dong ya, keluarga suami melulu yang mendapatkan bakti sebagai anak atau saudara dalam bentuk materi. Atau hanya suami yang mampu mentraktir temannya, mampu membelikan adiknya sepeda motor, mampu memberi uang bulanan kepada orang tuanya atau orang tua kita.
Sementara istri, bila anggota keluarganya membutuhkan bantuan, ia tidak bisa mengambil keputusan apapun. Hanya menunggu dan menunggu kebaikan suami. Kalau suaminya baik, mungkin tidak akan terlalu masalah.
Memang banyak ko suami yang mengerti dan memperlakukan keluarga istri atau teman istri sebagaimana temannya sendiri. Juga, banyak istri yang sudah punya jatah untuk hal-hal di luar kebutuhan rumah tangga.
Tapi, nyatanya tidak semua suami punya penghasilan melimpah melebihi kebutuhan rumah ya. Karena istri tidak berdaya secara finansial, mereka memilih mengalah dan tidak mengungkapkan kebutuhan selain untuk rumah tangga.
Beda halnya bila istri berdaya secara finansial. Bukan berarti ini jadi alasan untuk istri menggelontorkan pemberian kepada siapa saja tanpa aturan ya. Namun, setidaknya istri punya keleluasaan untuk berbuat lebih sebagai makhluk sosial.
Jangan lupa, baik laki-laki maupun perempuan adalah makhluk sosial. Bila sisi ini tidak tercurahkan karena alasan keterbatasan, tentu merupakan masalah tersendiri.
Jadi, kepuasan diri sebagai bagian dari anggota keluarga, sahabat, sebagai kakak, sebagai anak, sebagai bibi, dan sebagai teman akan lebih bernilai dengan mandiri secara finansial.
Keempat, Leluasa Membeli Keperluan Pribadi
Alasan keempat mengapa perempuan harus mandiri secara finansial adalah terkait kebutuhan pribadi.
Banyak perempuan menikah yang sejujurnya sangat tidak nyaman bila harus selalu meminta dan meminta untuk keperluan pribadinya kepada suami. Mulai dari pulsa, kosmetik, pembalut, pakaian, bahkan ingin makan sesuatu selain masakan rumah harus minta pak suami.
Latarbelakang nya bisa bermacam-macam. Mungkin suami perhitungan, sehingga istri selalu saja tidak merasa enak. Mungkin penghasilan suami memang kurang mencukupi, atau masih selalu dalam pengawasan keluarga suami. Sehingga bila membeli suatu barang atau jasa, selalu merasa tidak nyaman.
Bila kondisi tersebut kita rasakan, sebaiknya punya penghasilan sendiri mulai kita perjuangkan.
Syukurlah, buat Anda yang sudah punya pekerjaan sendiri. Jadi, bila ada niatan resign, perlu dilihat-lihat lagi kondisinya. Apakah memungkinkan untuk bergantung sepenuhnya kepada suami.
Kelima, Menjadi Inspirasi Bagi Anak dan Lingkungan Sosial
Peran perempuan menikah yang mandiri finansialnya dapat menjadi inspirasi bagi orang sekitarnya. Mulai dari keluarga, hingga lingkungan tempat tinggal serta kaum perempuan secara keseluruhan.
Banyak perempuan yang ingin berdaya namun membutuhkan inspirasi. Perempuan jangan lagi berjuang sendiri untuk hak mendapatkan rasa berharga.
Adanya perempuan yang berdaya secara finansial, membentuk budaya semakin kuat. Bahwa perempuan khususnya istri punya keleluasaan untuk berdaya dalam urusan ekonomi.
Selain itu, ibu yang bekerja dapat menjadi contoh bagi anak perempuannya. Bagaimana ibu mereka berperan dan menjalaninya setiap hari.
Bagi anak laki-laki juga bisa menjadi acuan bahwa perempuan sudah memiliki kesetaraan dalam hal rasa berdaya. Sehingga generasinya kelak tidak lagi ada sikap batas membatasi pasangan hidup dalam mencapai keberdayaan secara finansial.
Penegasan Penting, Wanita Harus Mandiri Secara Finansial
Ingatlah ya….
Perempuan menikah ingin mandiri secara finansial bukan untuk mengalahkan kaum laki-laki. Perempuan hanya ingin berdaya. Sebagaimana kaki yang seharusnya untuk berjalan, tangan untuk berkarya, potensi perempuan butuh aplikasinya. Bagaimana rasanya punya kaki sehat namun harus memakai kursi roda? Itu kira-kira ilustrasinya.
Rasa aman dibutuhkan oleh setiap orang tanpa mengenal gender. Sebagaimana saat hujan akan aman bila membawa payung, saat naik motor butuh helm, begitu pula perempuan menikah yang ingin aman dari hal-hal tidak terduga dan tak diinginkan dalam pernikahan.
Begitu kira-kira. Mandiri secara finansial bagi perempuan layaknya rasa berdaya dan rasa aman.
Meski demikian, prinsip dan kebutuhan setiap perempuan menikah tidak semuanya demikian.
Jadi, bagi masing-masing perempuan yang sedang menjalani rumah tangga, kenali lagi kondisi Anda dan perjuangkan apa yang terbaik bagi diri dan keluarga Anda. Jangan lupa, kita tidak bisa membahagiakan orang lain bila kita sendiri tidak merasa nyaman, aman dan berdaya. Setuju?
Itulan Alasan Kenapa Istri Harus Mandiri Secara Finansial. Semoga bisa menginspirasi bagi kaum perempuan serta menjadi pengertian bagi kaum laki-laki yang ingin pasangannya bahagia.
kalo ibu saya juga memiliki pendapatan uang sendiri dan alhasilnya tidak terlalu mementingkan dapat hasil dari ayah saya, namun mereka saling melengkapi satu sama lain dalam hal ekonomi dan lainnya saling bakcup
Nah jika salaing pengertian gini mah enak, memang sih laki harus bertanggung jawab tetapi ada baiknya jika saling melengkapi.
Gak nikah pun juga penting, supaya bisa mandiri dan bantu orang. Kalo. Ikah, harusnya bisa agak santai nyari uang, karena ada support suami, ya.
Pemikiran yg baik sekali. Dengan memiliki penghasilan sendiri, setidaknya istri bisa membantu keuangan rumah tangga jika ada keperluan yang tidak/belum bisa terpenuhi dari penghasilan suami
itu memang yang diharapkan kak… jadi, istri bekerja bisa bantu dan tidak down ketika ada hal tidak diinginkan
betul sekali kak
sebenarnya nggak kerja juga udah ada yg hendel sih kak… hehe cuma, perempuan juga butuh aktualisasi diri dan berdaya dalam hal ekonomi. Yang paling utama, nggak khawatir dgn segala kemungkinan
sip betul kak
Sepakat, yg utama perempuan harus bahagia menjalankan semua peran yg dipilihnya. Istri dan ibu bahagia, keluarga jg bahagia, begitu sebaliknya ya, mba. Siap.
Betul mbak… kalau saya rasanya bangga bisa ngasih hadiah untuk suami dari yang sendiri bukan uang dari suami, hihihi…
Saua punya penghasilan sendiri. Tapi keuangan keluarga kami saya yg atur. Semua uang jadi satu.
Tdk ada uang suami atau uang istri.
Kalau saya emang dari zaman sekolah selalu dibilang ortu harus kerja. Nggak boleh sepenuhnya bergantung sama suami aja. Mungkin karena papa syaa kerja di KUA, ngurus orang nikah dan cerai jadi belajar banyak dari situ. Makanya saya pun dulu nyari calon yang menerima saya jadi istri yang bekerja. Tapi emang balik kepada prinsip masing-masing sih. Yang penting keduanya sepakat.
Perempuan itu manager keluarga dan harus mampung mengurusi keuangan dengan baik karena rumah tangga ini ribet, kalau ngga bisa diurusin beneran bisa berabe sih hehehe
betul banget.. ngga kerja juga ngga apa-apa sih selama dia tenang dan bahagia.. hehe
nah itu juga teh…. agak lucu pengalaman ngasih kado ultah suami malah uangnya dari doi juga.. hihi
kalau kompak memang enaknya gitu ya mbak… kalau ada hal-hal seperti poin di atas sih tetep lho kayaknya harus punya sendiri. Misalnya juga suami kurang mengerti kebutuhan istrinya
heem.. apapun memang harus komunikasi ya. Selama sepakat dan sepaket sih oke oke aja
asal jadi manajer yang baik ya kak.. hehe
Betul banget kak, selain perempuan. Laki-laki juga perlu mandiri secara finansial.
Klw kita boros dan tidak bisa menghandle keuangan pasti bingung sendiri.
Wanita yang mandiri secara finansial itu memang lebih 'sesuatu' di mata laki-laki daripada wanita yang hanya bisa meminta pada orang tuanya saja.
Setuju mba. Harusnya semua perempuan berpikiran kaya gini. Cuman ya harus balance aja, work-life balance gitu. Ibu saya ingin sekali bekerja, tapi kurang skill, ditambah lagi pesimis, ini semua rasanya saya mau nyalahain dia cuma tamatan SD. Tapi di era seperti ini, kita perlu mindset semuanya adalah possible untuk dipelajari. Saya juga pasti bakal kerja kalo tar dah nikah, kemandirian finansial adalah misi hidup saya.
Jadi harus bisa mandiri secara finansial ga mbak tanpa bergantung dengan keuangan suami…
Setuju dengan beberapa poin di atas dan memang seperti itu yang saya alami. Saya masih tetap bekerja walaupun sudah menikah. Ada banyak alasan seperti di atas yang memang menjadi pertimbangan dasar.