Tak Semua Orang Akan Ramah, Tapi Itu Tak Menjadikan Kita Salah

Kadang, Kita Bingung: “Apa Salah Saya?”

Pernah nggak, kamu merasa bingung karena sikap seseorang yang begitu dingin atau cuek, padahal kamu merasa sudah bersikap sopan dan ramah? Entah itu teman komunitas, tetangga, atau rekan di lingkungan sosial. Sikap yang dingin itu kadang membuat kita berpikir: “Apa saya ada salah? Apa saya tidak disukai?”

Wajar banget kalau kamu merasa seperti itu. Otak manusia memang secara alami dirancang untuk mencari penyebab ketika ada sesuatu yang terasa janggal dalam hubungan sosial. Kita ingin tahu: Apa yang salah? Karena kita ingin memperbaiki, dan itu tanda bahwa kamu adalah pribadi yang peka dan baik hati.

Tapi… bagaimana jika setelah semua usaha ramah dan sopan, tetap saja ada orang yang bersikap dingin atau tak menghargai kita?

Kita Tak Bertanggung Jawab atas Perasaan Semua Orang

Psikolog klinis Dr. Thema Bryant, presiden American Psychological Association (APA), pernah mengatakan:

“You are not responsible for how others choose to receive your energy. You are only responsible for the energy you bring.”

Artinya, kita hanya bisa mengontrol niat dan sikap kita—bukan respons orang lain. Jika kita datang dengan niat baik, menghormati, dan tidak merendahkan, maka apapun reaksi orang lain di luar itu bukan lagi tanggung jawab kita.

Menurut teori “locus of control” dalam psikologi, ada dua jenis cara pandang: internal dan eksternal. Orang dengan internal locus of control akan mudah menyalahkan diri sendiri karena merasa semua hal bisa dikontrolnya, termasuk perasaan orang lain. Padahal kenyataannya, tidak semua hal bisa kita kendalikan.

Kalau kita bertemu dengan seseorang yang memang sejak awal tidak terbuka, atau punya cara sendiri dalam bersosialisasi, maka kita tidak bisa memaksa hubungan itu jadi hangat.

Tidak Semua Hubungan Itu Harus Dekat

Dalam kehidupan sosial, memang tidak semua relasi akan bersifat hangat atau saling terhubung. Hubungan antar manusia itu rumit, seperti puzzle yang tidak semua kepingnya cocok. Bahkan dalam ruang sosial kecil seperti arisan, sekolah anak, atau komunitas kerja, akan ada saja orang yang tidak cocok secara energi.

Dr. Brené Brown, peneliti dan dosen di University of Houston, menulis dalam bukunya “The Gifts of Imperfection”:

“You don’t have to belong everywhere, you only need to belong somewhere.”

Kita tidak harus diterima oleh semua orang. Cukup diterima di tempat yang benar. Ini adalah logika sederhana yang kadang kita lupakan, karena kita terlalu fokus ingin “baik dengan semua orang”.

Padahal, relasi sosial bukan kompetisi popularitas. Bukan pula soal berapa banyak orang yang menyukai kita. Tapi soal kualitas hubungan yang sehat, yang jujur, dan saling menghargai.

Kenapa Sikap Orang Bisa Dingin? Ini Beberapa Kemungkinannya

Agar lebih logis, mari kita lihat kemungkinan penyebab orang bersikap dingin:

  • Kepribadian introvert atau tertutup, yang memang tak nyaman menunjukkan emosi hangat.
  • Pola asuh atau latar belakang, yang membuatnya cenderung curiga pada orang lain.
  • Pernah punya pengalaman buruk, yang membuatnya menjaga jarak sebagai bentuk perlindungan diri.
  • Ada penilaian pribadi, tapi belum tentu itu akurat atau adil.

Dari sini kita bisa melihat bahwa reaksi seseorang tidak selalu mencerminkan siapa kita, tapi lebih mencerminkan siapa mereka dan bagaimana mereka melihat dunia.

Yang Terpenting: Jangan Menyerap Semua Penilaian

Kalau kita terus menyerap semua sinyal negatif dan menjadikannya cermin diri, kita bisa kelelahan secara emosional. Padahal, belum tentu semua itu benar atau layak kita pikirkan.

Dalam psikologi kognitif, ini disebut “cognitive distortion”, atau distorsi berpikir—salah satunya adalah personalization, yaitu kecenderungan menganggap segala sesuatu yang terjadi sebagai akibat dari diri kita, padahal bisa saja tidak ada hubungannya sama sekali.

Jadi, kalau ada orang yang bersikap dingin, belum tentu itu karena kita salah. Bisa jadi karena ia sedang berjuang dengan dirinya sendiri.

Menutup dengan Penerimaan yang Tenang

Akhirnya, yang bisa kita lakukan adalah berdamai dengan fakta bahwa tidak semua orang akan ramah, dan itu tidak menjadikan kita salah atau buruk. Kita tetap bisa menjadi pribadi yang baik, sopan, dan terbuka—tanpa harus menggantungkan nilai diri pada sikap orang lain.

Alih-alih sibuk bertanya, “Apa saya ada salah?”, ubahlah pertanyaannya menjadi: “Sudahkah saya berusaha menjadi pribadi yang tulus dan menghargai?”

Kalau jawabannya iya, maka tenanglah. Kamu sudah cukup.

Penutup

Setiap orang punya ruangnya sendiri dalam hubungan sosial. Tidak semua akan cocok, tidak semua akan hangat. Tapi itu bukan ukuran nilai kita. Kita tetap layak dihargai, dicintai, dan diterima—setidaknya oleh diri sendiri dan oleh orang yang benar-benar bisa melihat siapa kita sebenarnya.🕊️

You May Also Like

Leave a Reply