Begini Arti Selingkuh Hati Menurut Istri, Jangan Baper Dulu Bacanya..
Begini Arti Selingkuh Hati Menurut Istri – Waktu pacaran, yang notabene segalanya pake perasaan, otomatis kaget dong mendengar orangtua bilang, “ah, kalau suami /istri cuma naksir orang lain ya gapapa. Nikah kan bukan cuma sekedar cinta-cintaan”.
Mendengar itu, saya yang waktu itu masih remaja cukup broken heart. Bagimana tidak, jaman masih cinta monkey itu membayangkan pacar menyukai wanita lain sudah sakit, apalagi berimajinasi soal suami.
Tapi, memasuki masa pernikahan, saya cukup terbuka dengan pendapat itu. Ya, mungkin bagi perempuan yang sudah menikah paham betul bahwa rumah tangga jauh lebih kompleks daripada hubungan antara sepasang sejoli yang lagi pacaran.
Bahkan seringkali masalah popok bayi jauh lebih penting daripada chat suami yang sedikit mencurigakan. Saya sih nggak bilang itu tidak penting. Cuma “kadang-kadang”. Mengingat banyaknya aspek lain dalam pernikahan dan rumah tangga.
Meskipun sebenarnya, jika hal yang tidak diinginkan terjadi, tentu akan sangat kecewa dan sakit. Begitu pula, bagi rata-rata para istri, pasti tidak ingin mengalami yang namanya diduakan.
Namun, mungkin karena masalah rumah tangga itu begitu banyak aspeknya, rupanya para istri beda pendapat soal selingkuh hati.
Eits tunggu…
Sebelum masuk ke pembahasan kita, sebenarnya selingkuh hati atau juga disebut selingkuh emosional adalah adanya ketertarikan mendalam kepada orang yang bukan pasangan kita. Lebih jelasnya, jatuh cinta sebagaimana yang dirasakan kepada pasangan saat awal mula hubungan itu dijalin.
Menurut Yvonne, seorang terapis di The Affair Clinic yang dikutip dari beritagar.id bahwa bagi perempuan, sebenarnya diselingkuhi secara emosional adalah hal yang lebih menyakitkan. Seharusnya begitu. Beda dengan laki-laki yang lebih tersakiti dengan selingkuh fisik.
Oke, kembali ke riset kecil-kecilan saya ya…
Karena sikap ibu saya cukup mindblowing bagi saya waktu remaja, maka itu cukup membuat penasaran juga. Apakah semua perempuan yang sudah menikah memiliki pemikiran dan perasaan seperti itu terkait selingkuh emosional?
Beberapa hari lalu, saya pun mencoba memberikan pertanyaan di grup media sosial serta wawancara di grup WhatsApp mengenai hal ini.
Pertama, Kalau Hanya Jatuh Hati Kepada Orang Ketiga Tidak Termasuk Selingkuh
“Apakah kalau cuma naksir perempuan / laki-laki lain menurut Bunda-bunda bisa dikatakan selingkuh?”, begitu pertanyaan saya di media sosial maupun di grup WA.
Akun bernama Alda N menjawab, “Menurut saya ya bun itu blum bisa dikatakn selingkuh kan suami cma naksir belum tentu si wanita nya jga naksir. Tapi harus hati2 bun awlnya naksir dlu baru saling sapa trus lanjut waspada aja. Tapi kalo udah pacaran baru selingkuh nurut saya bun kalo salah maaf ya”
Salah satu komentar yang mewakili kubu ini memberikan pendapatnya. Pendapat itu mewakili prinsip bahwa soal perasaan tidak lebih penting daripada kebutuhan rumah tangga.
Memang sih, setelah menikah, banyak hal yang lain yang harus diurus. Bahkan soal menjaga cinta kadang tidak lagi jadi prioritas. Terutama jika kondisi membuat kita sebagai istri tidak lagi dapat menjaga penampilan. Manusiawi bahwa hati pasangan harus dijaga dengan penampilan kita yang cantik dan prima.
Beda ceritanya kalau sedang hamil, punya anak kecil, atau mungkin rutinitas yang sudah tidak lagi kondusif soal penampilan fisik. Bahkan emosi pun tidak terjaga. Di sini, soal cinta sudah los. Hanya bisa menyerahkan semua kepada takdir. Sudahlah.
Nah, situasi dalam rumah tangga seperti itulah yang bisa jadi melatarbelakangi kelompok istri ini. Hati sudah susah dijamin, yang penting dapur ngebul, anak terurus, dan kalau jelas suami main-main, baru bertindak.
Para istri ini hanya akan mengurusi segala sesuatu yang nampak saja. Jika benar-benar suami /istri kencan hingga (maaf) mungkin berhubungan intim dengan orang lain, baru mereka cemburu dan bereaksi. Mereka tidak mau ribut soal perasaan yang tidak terlihat. Kurang lebih begitu.
Kedua, Segala Bentuk Mendua, Baik Hati Maupun Fisik Tetap Selingkuh Namanya
Kelompok kedua adalah istri-istri yang menganggap bahwa soal hati juga dihitung. Naksir perempuan /laki-laki lain sudah dikatakan selingkuh.
Perempuan /istri yang saya beri pertanyaan tadi, ternyata justru mayoritas ada di kelompok ini. Bisa dikatakan dari sekitar 40 orang yang jadi responden, 90 persennya ada di kubu nomor dua lho.
Saya pun cukup terkejut, mengingat para orang tua di kampung (termasuk ibu saya sendiri) mengatakan bahwa soal hati tidak perlu dipermasalahkan.
Ternyata kaum istri yang saya tanyai justru lebih banyak menganggap hati juga tidak boleh mendua. Ya, sebenarnya selain terkejut saya juga ikut lega. Saya tidak sendirian. Karena saya termasuk orang yang menganggap bahwa soal hati juga harus dijaga dan setia kepada pasangan kita. Jadi, suami kelihatan kaya perhatian kepada perempuan lain, pasti cemburu.
Bahkan, di antara mereka juga ada yang lumayan emosional. Misalnya mbak Ilma di sebuah grup di media sosial menjawab, “Duh bun, sy liat suami di chat cewek aja udah cemburuu, padahal suami sy gk balas itu chat ttp aja sy uring2an sendiri. Apalagi tau suami lg naksir orang lain, udah ku maki2 kali klo aku yg alamin”
Yaps, sangat wajar karena bisa merasakan sendiri. Kalau istri tidak rela suami menyukai perempuan lain, sudah pasti emosional bahkan hanya melihat gelegat yang sedikit mencurigakan.
Positif Negatifnya
Boleh saya menilai? Boleh kali ya. Setidaknya untuk jadi bahan pelajaran diri sendiri.
Prinsip yang pertama (hati bukan patokan selingkuh), punya banyak keuntungan atau sisi positif.
Mereka yang punya pemikiran seperti ini tidak akan repot-repot mengurusi hal-hal kecil. Bahkan mungkin mereka tidak ingin tahu isi handphone suaminya. Yang penting uang belanja dan uang jajan lancar. Kalau sudah jelas suami mendua (baik berpacaran atau menikah lagi) maka mereka baru bertindak. Jadi mereka lebih banyak tenangnya.
Negatif nya, mereka bisa kecolongan. Artinya, gara-gara tidak pernah mempermasalahkan hal-hal kecil, jika pahit – pahitnya suami benar mendua hingga mungkin menikah lagi, mereka hanya mengetahui saat itu benar-benar terjadi.
Prinsip kedua (hati juga harus setia), sisi positifnya mereka mungkin bisa lebih jeli sebelum hal tidak diinginkan terjadi. Jadi, karena teliti bahkan hingga isi chat suami, membuat mereka tahu lebih awal.
Sisi negatifnya, pastinya mereka akan lebih capek. Istri seperti ini bisa ribut hanya karena suami bicara lembut kepada salah satu teman perempuannya. Capek juga karena perasaan tidak bisa dilihat, hanya bisa dirasakan. Jika pasangan memilih berbohong, istri hanya bisa pusing dan emosional sendiri. Eh, jujur pun apalagi, pasti menyakitkan. Lelah dong.
Nah, menyimak kedua kubu istri-istri tersebut, Bunda termasuk kubu yang mana nih? Maaf tapi ya, harus membahas yang begini.
Faedahnya apa sih? Kalau untuk saya sih cukup membuka wawasan saja. Khususnya buat saya sebagai ibu muda yang masih belum begitu banyak asam garam pernikahan.
Pelajarannya, jangan sampai kita terkurung dalam sebuah prinsip yang ternyata selama ini merugikan diri kita sendiri. Ada pelajaran yang bisa kita ambil. Kita bisa belajar dari prinsip orang lain yang mungkin prinsip tersebut mempermudah hidup. Barangkali suatu saat atau saat ini juga kita bisa mencontoh mereka. Tentu kita ambil contoh yang baik dong.
Semoga bermanfaat.
Jadi dari pada sama2 tersakiti, lebih baik jgn saling berselingkuh ya, jaga hati dan jaga iman biar sama2 nyaman dalam hubungan. Hehe
Sebenarny kalau saya konsennya bukan pada selingkuh atau tidak. Lebih kepada apakah menduanya itu dijalani dengan benar atau tidak. Memangnya ada mendua yang benar? Kan, memang ada. Bahkan meniga atau mengempat. Hehehe.
Ya, pada dasarnya saya kubu pertama. Tapi saya juga bisa semarah kubu kedua kalau gelagatnya memang tidak ke arah yang benar.
Menurut saya tergantung dari situasi keluarga saat kecil juga, tetapi kembali lagi ke pribadi masing masing dalam menjalin ikatan. Harapannya sih setia sampai akhir
selingkuh ini sensitif sekali diantara hubungan kedua insan manusia. Baik masih pacaran apalagi sudah menikah. Kudu dihindari banget karena jika sudah terjebak suka terulang
Saya termasuk yang tidak cemburuan dan curigaan asal dikenalkan saja pada teman2 suami, karena saya pun memperkenalkan teman2 saya kepadanya, kecuali sudah didepan mata mereka melakukan hal2 yang tak lazim, atau memang ada bukti selingkuh diluar berupa foto atau video, mungkin baru diajak ribut biar rumah rame..heheh
Aku engga terlalu suka sih komen tentang masalah rumah tangga. Bahkan memikirkan selingkuh aja aku engga mau. Wkwkwk…Jadi aku engga bisa berpihak ke kubu 1 atau 2…
Lebih baik diam sih karena itu modal utama untuk terhindari dari pertengkaran. Kalau dimulai dari hal kecil saja langsung meledak, termasuk ikut campur urusan orang lain
dalam hal kenyamanan dan bijaksana nya, memang harusnya begitu mbak..
godaan pasti selalu ada baik suami maupun istri ya mbak.. tinggal bagaimana menyikapi dengan bijaksana.
selingkuh, punya 1 aja belum ada. mau sleingkuh pula. hiiiiii tak maauuu hehehe
Kalau saya pribadi, selingkuh bukan hanya fisik. Hati malah yang paling penting. Kalau hati dah ngrasa ga nyaman dengan pasangan. Dan hati ada rasa ingin kenyang lain..walaupun belum terlaksana..Brati dah ada niatan untuk selingkuh..duh sensitif yah mba..aku sendiri takut juga sih. Makanya komitmen dengan pasangan lah yang selalu jadi tameng.
Urusan hati emang harus hati-hati sih mbak. Biasanya ini jadi masalah di kemudian hari yang berujung cerai. Semoga itu tidak terjadi ya mbak. Tetap harus saling komunikasi agar tak jadi masalah di kemudian hari.
Kalau saya nomor satu ataupun dua tetap siap asah golok. wkwk.. intinya sih komunikasi harus lancar dengan pasangan supaya tidak ada mispersepsi yang mengakibatkan kejadian nomor satu dan dua itu, hehe..
Bentuk selingkuh apapun aku ga akan setuju lah. Kenapa naksir orang lain, padahal sudah punya pasangan sendiri. 😀
Artikelnya membuka wawasan sekali, dan masalah selingkuh ini memang sensitif banget, bisa bikin baper berhari-hari kalau saya mah
Hmm sebagai yang masih baru juga dalan membina rumah tangga, saya merasa, lebih baik suami saya menduakan saya sesekali dengan hobinya dibanding harus menjalin hubungan manis sekadar curhat sama orang lain. Jadi, saya memosisikan diri sebagai teman curhatnya juga. Urusan memerhatikan penampilan, ya mungkin saat punya bayi (saya punya 2 bayi) saat di rumah sulit, tapi kemanapun kami pergi, saya memosisikan diri sebagai cermin baginya, pun sebaliknya. Bagi saya, mendua itu nggak ada baiknya. Soalnya sejak awal, bukankah pernikahan itu adalah ikatan sakral yang membuat kita mengabdikan diri satu sama lain? Kalau sudah belok, berarti butuh komunikasi yang dimulai dari 0 lagi dong.
Saya paling malas kalau udah ngomongin perselingkuhan. Kenapa sih harus selingkuh? Apa pun alasannya, saya gak setuju dengan perselingkuhan. Dosa.
Duh, bahasannya cukup berat bagi saya. Karena menyangkut soal pernikahan. Saya termasuk yang tidak suka diduakan meski hanya seputar naksir.
ini termasuk topik yang agak saya hindari sih mbak haha agak malas sih ngobrolin ini, cuma kalo sama suami, kami berusaha selalu komunikatif dan terbuka karena itu jadi prinsip dan salah satu pilar pernikahan yang utama.
agakagak serem sih ya. soalnya batas nya setipis kertas. Bahasan yang perlu pendewasaan cukup matang kalau membuka obrolan topik ini.
Serem serem gimana gitu hehehe
Nah definisi ini, "segala bentuk mendua, Baik Hati Maupun Fisik Tetap Selingkuh", menjadi bahan renungan banget. Tak jarang seseorang merasa baik-baik saja ketika di hatinya masih ada rasa buat mantan atau seseorang yang dulu pernah di sukai dan belum pudar ketika "dipertemukan" lagi oleh medsos.
Ngeri juga sih setiap kali baca atau dengar berita tentang selingkuh. Apalagi kalo terjadi saat pasangan sudah berkeluarga dan punya anak. Dampaknya negatif bagi perkembangan anak ke depannya
Memang berat kalau bahasannya udah menyangkut perselingkuhan. Namun terlepas sebutannya selingkuh atau tidak, menurut saya esensinya yang jauh lebih penting. Bahwa perasaan khusus (atau naksir) pada pasangan lain itu tentu ga benar, dan harus dilakukan upaya sengaja agar tidak melebar. Tanpa harus menunggu menjadi perselingkungan fisik yang lebih fatal. Ya intinya, memang pasangan harus saling percaya sebab kalau sudah saling curiga maka akan berat dan saling menyakiti. Runyam memang kalau ngomongin soal hati hehe.
sekali baca judulnya, hampir aja saya salah paham mb. Ya, pada intinya perselingkuhan itu tidak diperbolehkan dan akan pasti muncul lebih banyak mudharat. Semoga saja, kita semua dijauhkan dari hal-hal buruk tersebut, aamiin
ini kalau dalam dunia entertaninment, adalah genre horor mas… hehe
Hmmm… pembahasannya sensi nih
Aku duluuu banget awal-awal nikah memang cemburuan deh
Beberapa teman cewek suami yang aku lihat cukup dekat semua kujutekin hahaha
Tapi makin ke sini yang sudah jelang 15 tahun, udah belajar banyak, makin percaya sama suami juga
Begitupun sebaliknya suami ke aku
Semoga rumah tangga kita semua baik-baik saja
Menarik tulisannya mbak..
Tapi mau seperti apapun bentuknya, tetap saja selingkuu itu nggak boleh ya mbak..
Karena akan melukai orang lain, apalagi klo sudah punya komitmen
duuuhh kalau soal gini bisa bikin baper Mbak, harus hati-hati emang karena hati kan rapuh, huhuhh. yang jelasnya gak ada seorang pun pastinya yang mau diselingkuhin, capek bookk.. sakit hatinya gak abis-abis pasti tuh.
Deg-deg an aku baca judulnya. Mau sperti apa pun itu intinya Selingkuh itu tidak baik ya kak. Serem
kebetulan kemarin baru baca perihal ini, tetep aja sih sakitnya sama walaupun nggak dilakuin tp hanya masih sebatas membayangkan, tp kan brt ada 'niat' gitu. Bener2 butuh komunikasi dg kepala dingin 😀
[…] Sepertinya sudah menjadi rahasia umum bagi kaum emak (perempuan yang sudah menikah lama) atau mungkin bapak (laki-laki yang sudah menikah lama atau diperbaharui, haha), bahwa mereka tidak menggunakan cinta (dalam arti cinta sepasang kekasih) dalam rumah tangga. Bahkan, orang tua banyak yang bilang, “Ya kalau suami seneng perempuan lain nggapapa, yang penting cuma naksir. Ngga ada usaha buat kawin lagi.” Saya pernah menulisnya di sini. […]