Pengalaman Hamil Pada Trimester Tiga, Begini Rasanya

Sebenarnya, ini pengalaman hamil anak kedua saya ya Bun… Tapi, baru bisa membagikan pengalaman momen hamil sekarang, saat hamil anak kedua ini.

Jadi, setelah melewati proses ngidam-ngidam penuh drama di trimester pertama hingga trimester kedua, tibalah usia kandungan trimester ketiga.

Yups, pada trimester tiga ini saya masih saja mengalami gejala seperti hamil muda hingga usia kehamilan menginjak 5 bulan. Baru di usia 6 bulan bau-bau yang parah dan mual mulai mereda.

Saya pun mulai berselera makan di usia kehamilan 6 bulan ke atas. Mulai bisa masak, meskipun untuk penciuman, tetap saja tidak bisa berlama-lama mencium bau bawang. Selain itu, bau parfum, sabun mandi tertentu dan deterjen juga masih terasa hingga trimester ketiga.

Saya jadi cerewet sama anak dan suami. Jangan pake parfum, jangan pake sabun yang ini jangan yang itu. Suami dan anak pertama saya cuma geleng-geleng kepala aja. Hehe..

Inilah Pengalaman Hamil Anak Kedua Fase Trimseter Tiga

Apa aja sih yang saya rasakan dan alami pada trimester ketiga ini? Mungkin setiap ibu hamil merasakan hal yang sama. Namun, bisa jadi berbeda juga tergantung kesehatan, situasi dan kondisi saat hamil, dan lain-lain. 

Oh ya ini juga merupakan cerita pengalaman hamil anak laki-laki ya Bun.. karena setelah USG pada usia handungan 5 bulan, hasilnya menunjukkan bahwa bayi dalam kandungan saya berjenis kelamin laki-laki. Emang ada bedanya kondisi hamil anak laki-laki dan hamil anak perempuan? Ya, kali aja.. hihi 

Oke deh, inilah pengalaman hamil kedua saya pada saat fase trimester ketiga. 

Perubahan Pola Makan

Jika di trimester pertama dan kedua saya masih tidak nafsu makan, di trimester ketiga yakni saat kehamilan memasuki usia 7 bulan ke atas, saya jadi benar-benar doyan makan. Usia 6 bulan juga sudah lumayan nafsu makan tapi masih tidak begitu besar.

Trimester ketiga dengan lahap saya bisa menghabiskan tumis sayuran, lauk pauk makin banyak saya konsumsi. Tiap hari ingin makan dengan komplit dan lumayan banyak. Mulai dari ati ayam, daging sapi, kambing, telur ayam, telur bebek, telur asin. Tentu bukan semua dimakan setiap hari. Gantian maksudnya. Hari ini telur, besok daging, lusa ati ayam, dan seterusnya.

Namun, saya tidak bisa minum langsung sesudah makan. Entah kenapa jika habis makan langsung minum air putih, atau air apapun kecuali air jeruk hangat, maka perut jadi mual dan ingin muntah. Mungkin karena perut sudah makin besar dan lambung tertekan oleh kandungan.

Meski doyan makan, lambung saya jadi lebih sensitif. Minum kopi satu tegukan saja, langsung mual dan perih. Begitu pula kalau minum teh. Namun, tidak sesensitif oleh kopi. Konon teh juga mengandung kafein, hanya tidak setinggi kandungan dalam kopi. Mungkin itu sebabnya.

Untungnya saya suka minum air putih. Setiap hari harus selalu minum air bening bergelas-gelas. Jarak minum dengan catatan jauh dari momen makan. Minimal 1 jam setelah makan.

Saat kontrol ke puskesmas, di tangan saya pasti harus sedia sebotol air putih. Sambil menunggu antrian periksa ibu hamil, pasti habis dan saya isi ulang di puskesmas tuh.

Oh ya, anehnya di kehamilan anak kedua ini saya malah tidak begitu suka minum susu ibu hamil. Rasanya tidak berselera saja. Kalaupun nyoba beli dan ukuran kecil, tetap saja tidak habis. Akhirnya, daripada mubadzir, saya pun sama sekali tidak minum susu ibu hamil.

Sempat Khawatir Janin Dibilang Kurang Gizi dan Bayi Sungsang

Pada usia kehamilan 5 bulan saya ditemani suami USG pertama. Buat cek kesehatan janin dan jenis kelamin. Ternyata bayi kami laki-laki. Suami nampak sangat senang. Sayangnya berat badan janin 3,5 ons dan obgyn mengatakan kurang gizi. Harusnya sekitar 5 ons katanya.

Jauh banget kan?
Mungkin pola makan saya di trimester pertama hingga pertengahan trimester kedua yang kurang baik ya.

Saya dimarahi sama obgyn nya Bun.. Ahihi. Beliau langsung menyuruh saya makan dengan benar, gizi tinggi dan rajin minum susu.

Sepulang dari RS, kami langsung beli susu ibu hamil yang ternyata pada akhirnya saya gak terlalu suka. Saya pun makin berusaha makan makanan sehat dan bergizi.

Nah, untungnya, mulai usia kehamilan 7 bulan sekitar janin 28 minggu pola makan saya sangat baik. Seperti saya sebutkan tadi.

USG kedua di usia kehamilan 8 bulanan. Sekitar 33 minggu. Ada syok lagi di ruang USG. Dokter yg terkenal blak-blakan semi galak (hihihi) bilang janin saya sungsang.

Otomatis saya dan suami pucat pasi. Kaget, takut bayi dan proses persalinan nati kenapa-napa.

Dokter pun kembali tegas memberi saran. Ia menyuruh saya banyak bergerak. Iya sih, saya mager banget di kehamilan ini. Dia juga menyarankan rajin ikut senam hamil atau dilakukan di rumah. Posisi yang paling disarankan adalah posisi nungging supaya posisi bayi benar. Beliau tunjukkan melalui poster senam hamil yang ada di ruangannya. “Kaya gini ya Bu.” Sambil menunjuk gambar paling pojok. Posisi senam dengan nungging gitu.

Namun, saat saya periksa rutin di puskesmas, bidan mengatakan bahwa posisi kepala bayi yang masih di atas tidak masalah. Posisi itu masih ditolelir hingga usia kehamilan 36 minggu. Bahkan jika sebelumnya sudah pernah melahirkan normal kaya saya, malah posisi kepala bayi bisa di bawah maksimal di usia kehamilan 38 minggu atau menjelang minggu persalinan.

Meski demikian, bidan di puskesmas tetap menyarankan rutin senam hamil dan posisi nungging untuk memantapkan posisi bayi agar siap lahir normal dengan baik.

Kondisi Badan di Trimester Ketiga

Kalau kondisi badan yang dirasakan? Tentu karena kehamilan makin besar, banyak yang dirasakan saat mulai memasuki hamil tua. Di antaranya, mudah gerah, begah, badan makin terasa berat, susah tidur, sakit pinggang, dan timbul bengkak di kaki.

Mudah Gerah dan Berkeringat

Baru mandi saja langsung keringetan seperti habis olahraga. Kalau suasana ruangan tidak ada AC, otomatis keringat keluar banyak dan terasa gerah.

Makanya, rumah saya yang tidak memiliki AC cukup bikin saya jadi rewel kaya anak-anak. Hehe.. Auto suami yang kena dampaknya. Maaf ya paksu.

Akhirnya walaupun bidan sudah melarang memakai kipas angin menghadap langsung ke badan, saya tidak bisa menahan diri untuk melakukannya. Gerahnya gak nahan banget.

Malam hari di usia kehamilan 36 minggu ke atas, saya tidak bisa tidur di kamar lagi. Saya hanya bisa tidur di ruang tengah. Yang bisanya ruangan itu terasa dingin, saat hamil tua terasa nyaman.

Melihat kondisi saya, pak suami memasangkan eksos di kamar tidur. Selain karena harganya cukup terjangkau, manfaatnya juga baik. Eksos dipasang di fentilasi kamar dan menyedot udara dari dalam kamar ke luar. Hasilnya, kamar terasa lebih nyaman dan sejuk. Saya pun bisa kembali tidur di dalam kamar.

Eksos juga bisa menyalurkan udara dari luar ruangan ke dalam. Ini bisa dilakukan bila udara di luar terasa lebih baik daripada di dalam. Oh ya, sekedar informasi, harga eksos hanya 400 ribu. Lumayan murah kan dibandingkan harus beli AC?

Penggunaannya juga bisa berlanjut hingga bayi sudah lahir nanti. Terutama bila nanti bayi tumbuh cepat besar, biasanya ia akan mudah gerah dan berkeringat. Adanya eksos bisa menetralkan suhu dan siklus udara yang baik dalam kamar.

Bengkak di Kaki

Bengkak di kaki merupakan hal biasa terjadi pada ibu hamil. Terutama di masa hamil tua. Saya juga mengalami itu.

Meskipun dianggap wajar, tapi bengkak di kaki cukup membuat tidak nyaman. Selain itu, jika bengkaknya cukup parah, tentu bikin khawatir.

Untung saja saya rutin periksa ke puskesmas, sehingga selalu mendapatkan solusi dari bidan. Saya disarankan mengganjal kaki saat tidur sehingga kaki lebih tinggi posisinya daripada kepala. Selain itu, saya juga disarankan rutin senam hamil di rumah agar metabolisme tubuh lebih lancar. Alhamdulillah, bisanya bengkak di kaki langsung kempes.

Namun, karena malas gerak alias mager saya sering kambuh, maka kaki biasanya bengkak lagi. Kalau sudah begitu, tinggal amalkan lagi saran bidan yang tadi. Kaki kempes lagi. Sampai bengkak kempes berulang tiga kali di hamil tua.

Hamil Hingga 41 Minggu

Kehamilan saya berlangsung hingga usia 41 minggu. Sehingga, memang perut makin besar dan berat saja.

Meskipun begitu, ada rasa senang karena bayi saya tumbuh menjadi lebih matang dan kemungkinan saat lahir nanti tubuhnya punya deposit lemak yang cukup banyak. Artinya saat lahir selain fisik sudah berkembang sempurna, ia juga lebih hangat karena lumayan gemuk.

Ya, walau ada cemas juga. Soalnya berat badan (bb) anak pertama dulu 3,6 kg. Obgyn dan bidan mengatakan bb bayi selanjutnya mungkin lebih besar.

Berat segitu sebenarnya normal. Lagipula banyak bumil punya bayi seukuran itu. Tapi ya, namanya ketakutan pasti ada kalau bayi di dalam perut sudah lumayan gede. Khawatir lebih susah melahirkannya, khawatir tambah besar pula seiring bertambahnya usia kehamilan. Khawatir dengan jahitan pada area jalan lahir, dan lain-lain.

Namun, syukurlah bayi saya hanya beda satu ons saja dari kakaknya dulu. Ia lahir dengan bb 3,7 kg.

Saya melahirkan dengan normal dan lancar. Dan yang paling penting, bayi saya lahir sehat selamat, sempurna tanpa kurang suatu apapun.

Sekian, cerita pengalaman hamil trimester ketiga dari saya. Semoga menambah referensi bagi para ibu hamil atau calon bumil yang sedang menanti kehadiran buah hati. Semoga bermanfaat.

You May Also Like

Leave a Reply