Nasi Bungkus yang Mengubah Hidup, Keajaiban Sedekah di Saat Sulit

keajaiban sedekah di saat sulit
Ilustrasi sedekah nasi bungkus, gambar dari Ayosemarang.com

Siapa di antara Teman-teman pembaca yang percaya tentang keajaiban sedekah di saat sulit? Sebelum saya mencoba dan mempraktikkannya, memang ragu. Berkat sebuah “paksaan” keadaan, saya bisa merasakan sendiri bahwa amal ibadah berupa sedekah membuka pintu rezeki yang lapang.

Saya masih ingat ketika masa awal-awal berumah tangga. Masa ketika kekurangan ekonomi dan banyak sekali problem psikis yang merupakan cobaan-cobaan fase awal pernikahan. Namun ajaibnya sebuah keberanian beramal meski dalam keadaan sulit justru membuat perubahan besar dalam hidup saya dan keluarga kecil saya.

Pernah Begitu Perhitungan Walau Hanya Beli Es Teh di Kantin

Sebenarnya, sejak kecil saya sudah terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Lahir dari keluarga kurang mampu di kampung membuat saya tidak merasa begitu tersiksa walau hanya memiliki uang 100 ribu rupiah dalam saldo ATM.

Namun, bagaimanapun saya ingin mengubah nasib. Termasuk kehidupan ekonomi setelah menikah supaya bisa mengurangi tekanan hidup. Bersyukur karena kenyamanan itu lebih sehat secara psikis ketimbang berusaha bersabar karena kekurangan. Mungkin juga karena saya tidak benar-benar bisa bersabar dalam kekurangan ekonomi. Ada banyak rasa sakit, sedih, dan pada akhirnya timbul perasaan negatif terhadap diri dan orang sekitar.

Setelah hidup dalam keluarga serba sederhana, rupanya kekurangan ekonomi masih saya rasakan hingga tahun-tahun awal pernikahan. Bahkan hingga anak pertama memasuki sekolah PAUD, masih sangat menghemat uang belanja sehari-hari. Jangankan ada keinginan membeli skincare, memastikan dapur tetap ngebul merupakan PR tersendiri di kala itu.

Saya dan suami pernah membatasi pengeluaran untuk lauk dalam satu hari maksimal habis 5 ribu rupiah. Tidak boleh lebih. Setelah punya anak, belanja kebutuhan lauk batasnya hingga 10 ribu hingga 15 ribu saja per hari. Saking benar-benar terbatas secara ekonomi. Sisanya harus cukup untuk bayar listrik, sewa kontrakan rumah, bayar biaya kesehatan dan makan anak, dan lain-lain.

Hingga suatu hari saya ingin makan dengan menu yang sedikit enak, yaitu membuat sup bakso. Ya, kalau dipikir sekarang, “padahal hanya sup bakso, lho.” Namun, saat itu ketika suami tahu saya memasak sup bakso dengan potongan daging sapi, suami saya sampai bergumam, “Wah, Bunda hari ini masak makanan mewah, ya.” Katanya. Walaupun kami menyantapnya dengan lahap. Haha..

Potongan ingatan lainnya tentang kekurangan ekonomi adalah ketika mengantar anak ke sekolah. Biasanya ibu-ibu lain nongkrong di kantin sekolah untuk sarapan di sana dengan alasan tidak sempat makan di rumah karena menyiapkan keperluan suami dan anak. Mereka memesan nasi dengan lauk dan sayur lengkap plus segelas besar es teh manis atau teh manis hangat.

Sementara saya berbeda. Jangankan memesan makanan lengkap dengan es teh apalagi jus alpukat, membeli es teh saya harus mikir-mikir karena budget lauk kami sehari-hari sangat terbatas. Iritnya kami bukan karena pelit, tapi memang benar-benar punya penghasilan yang sangat minim.

Nasi Bungkus yang Mengubah Hidup

Sebenarnya, saya sudah sering mendengar bahwa sedekah mendatangkan pahala besar dan rezeki berlipat ganda. Keajaiban sedekah di saat sulit sering saya dengar tapi tidak juga mempraktikkannya. Padahal, kalau memang memiliki keinginan besar untuk berbuat baik kepada sesama, sesungguhnya amal ibadah ini sangatlah mudah dan menyenangkan untuk dilakukan.

Saya jarang membawa uang saat berangkat ke luar rumah. Kecuali untuk belanja ke pasar membeli sayur dan bumbu mentahan untuk dimasak nantinya. Itupun dengan anggaran ketat dan tidak ada lebihnya. Paling banter, sisa uang 2 ribu untuk memberi orang yang meminta-minta pinggir jalan atau orang yang mencolek-colek sambil menengadahkan tangan kanannya di pasar. Pengemis dan pengamen pasar.

Lingkaran rutinitas sehari-hari dengan keterbatasan sepertinya juga ikut andil dalam membuat kreativitas kami terasa tumpul. Sampai-sampai sesuatu yang sebenarnya bisa dilakukan sejak awal, justru terpikirkan belakangan hingga 5 tahun usia pernikahan.

Saya terbiasa masak di dapur setiap hari. Kebiasaan itulah yang akhirnya menjadi ide sedekah dalam kekurangan kami. Kalau uang serba kurang, bagaimana kalau sedekah lebih hemat tapi dengan mengeluarkan sedikit tenaga?

Ya, terbersit ide untuk memasak dan memberikan nasi bungkus lengkap berisi nasi, lauk, sayur, sambal, kerupuk, dan satu plastik teh manis untuk tukang becak yang sering diam di pinggir jalan karena sepi penumpang. Tidak bisa beramal dalam bentuk uang dalam jumlah banyak, bisa dengan memberi makan orang yang kekurangan memanfaatkan tenaga dan sedikit budget.  

Kegiatan itu kami lakukan setiap jum’at pagi. Anak yang biasa saya antar ke sekolah, biar teman atau suami yang mengantarnya. Jika cucian setiap hari selalu menumpuk, bebaskan diri dari kegiatan itu dan luangkan waktu untuk beramal. Hanya satu hari dalam seminggu dan keluarga kecil saya sebenarnya mampu. Rapel cucian dua hari atau tiga hari tidak akan membuat kelaparan, ya kan?

Keajaiban Sedekah di Saat Sulit yang Mengubah Hidup

keajaiban sedekah di saat sulit
Ilustrasi sedekah, gambar dari Freepik.com

Semenjak keluar dari kurungan rutinitas dan mencoba berpikir lebih kreatif dalam menjalani hidup, yaitu dengan bersedekah setiap hari jum’at ini, kemudahan demi kemudahan mulai berdatangan. Apakah itu dari segi rezeki berupa penghasilan, maupun dalam aspek lainnya.

Bukankah definisi rezeki itu luas? Semua yang dibutuhkan makhluk hidup adalah rezeki. Termasuk makanan, minuman, kesehatan, semangat, kebahagiaan, termasuk relasi sosial yang sehat juga rezeki. Itu adalah salah satu ceramah Ustadz Khalid Basalamah dalam channel YouTube miliknya.

Saya mulai melihat usaha suami berupa bisnis percetakan dan merchandise makin ramai pelanggan. Mendapatkan link komunitas percetakan di media sosial, keluarga mulai mampu berlangganan internet bulanan di rumah, membeli TV Android untuk hiburan keluarga kecil kami, bahkan saya bisa melanjutkan sekolah pascasarjana.

Dari sekolah S2 datang berbagai kebahagiaan yang mungkin sangat subjektif. Hanya saya yang merasakannya. Bagi pecinta iklim akademik seperti saya, belajar dalam kelas umpama ikan mas dalam akuarium yang dibebaskan ke kolam besar. Atau seperti burung pipit dalam sangkar bambu yang dilepaskan ke pesawahan. Eh berlebihan, kali ya? Intinya bahagia, sih. Haha.. Apalagi dengan ngampus lagi seperti itu, bisa bertemu banyak teman dari berbagai kalangan dan profesi.

Mahasiswa S2 memang berbeda dengan S1 yang umumnya seumuran dengan pengalaman hampir serupa. Sedangkan sekolah pascasarjana, mahasiswanya dari berbagai tingkat usia berbeda, karir beragam, dan juga budaya yang cukup kontras satu sama lain. Namun, umumnya mereka adalah orang-orang yang telah mapan dari segi pengalaman, kedewasaan, dan ilmunya. Di S2 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam itu saya satu kelas dengan penyiar radio, penyuluh agama, pebisnis, wartawan, guru, dan lain-lain. Bertemu mereka membuat saya makin semangat menjalani hidup ini.

Begitu juga dengan suami yang mulai mempekerjakan beberapa mahasiswa yang ingin tambahan uang saku. Suami saya adalah tipe pebisnis dan senang bergaul. Mungkin karena iklim keluarganya yang juga kreatif dalam bidang usaha. Jika saya tanya, apakah mau gantian sekolah S2 nanti setelah saya lulus, suami masih geleng kepala dengan alasan kurang tertarik.

Penghasilan dari bisnis percetakan dan merchandise rintisan suami makin memperlihatkan taringnya. Alhamdulillah sejak membiasakan sedekah, rezeki dan kelapangan hati itu mirip air yang sumbatannya telah dibersihkan. Lebih lancar mengalir, gitu. Mungkin teman-teman bisa membayangkan ya, ibarat kran air yang kotor tersumbat lumut atau lumpur, kemudian sedekah itu seperti membersihkan sumbatan itu sehingga air bisa mengalir dengan lancar. Apakah itu nominal penghasilan, hati yang lebih lapang untuk bergaul, suasana hati dalam rumah tangga, terbukanya akses kehidupan sosial, kreativitas, dan lain-lain.

Mulai Menambah Pintu Sedekah Kepada Keluarga dan Anak Yatim

Setelah mendobrak keterbatasan ekonomi dengan “memaksa” untuk beramal lewat nasi bungkus masakan sendiri, kami tentu tidak diam di tempat. Merasakan hidup yang lebih baik dan lebih sejahtera justru membuat motivasi berbagi dan beramal semakin meningkat. Silaturahmi juga makin saya perluas. Terutama kepada keluarga besar yang jauh terpisah batas provinsi di Jawa Barat sana.

Sedangkan suami, selain keluarga, ia juga cukup sering berkomunikasi dengan alumni semasa kuliah, teman dekat waktu Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan teman satu organisasi semasa di kampus. Bukan berarti kami terlalu terpaut dengan masa lalu, namun ini karena keluarga kecil kami tinggal jauh dari orang tua masing-masing. Relasi kami adalah teman sewaktu kuliah. Walau hanya beberapa orang yang masih benar-benar terhubung dan saling membantu.

Kehadiran mereka juga mendatangkan berbagai informasi baru. Salah satunya seorang teman satu angkatan yang mengelola sebuah yayasan anak yatim dan pelajar kurang mampu di Purwokerto. Berkat komunikasi yang intens, sebagian penghasilan bisa disalurkan lewat teman yang sudah kami percayai.

Keluarga yang jauh juga terasa lebih dekat karena bisa video call dengan memanfaatkan internet stabil punyanya IndiHome. WiFi Cepat ini berkontribusi besar dalam mengetahui kabar dan keadaan orang tua di sana. Kita jadi tahu apakah orang tua butuh bantuan, adik butuh biaya sekolah, dan saya bisa melihat rumah di kampung halaman walau tidak datang ke sana.

Internet rumah ini juga yang menyatukan banyak relasi secara online. Seperti komunitas bisnis, hobi, sampai belajar online. Internet menyatukan keluarga dan mendatangkan relasi baru.

Yuk, Perbanyak Sedekah dengan Pahala Berlipat Ganda di Bulan Ramadhan 

hadits tentang pahala sedekah di bulan Ramadhan
Salah satu hadits tentang sedekah di bulan Ramadhan

Sedekah adalah salah satu ibadah sosial yang paling terasa efeknya bagi saya dan keluarga. Ibadah ini termasuk amalan yang dipercaya mendatangkan rezeki berlipat ganda juga. Mungkin bagi orang lain yang lebih dulu dan lebih besar semangatnya dalam bersedekah manfaat yang mereka rasakan bisa saja jauh lebih besar.

Ada yang merasakan amal ini membuat dirinya kaya raya hingga (kalau dalam sebutan populer sekarang) menjadi seorang crazy rich. Awalnya kekurangan, lalu hidupnya berubah menjadi penuh keberlimpahan. Penghasilan begitu banyak hingga membuat keluarga sejahtera sampai ke orang tua dan anak cucu.

Namun, saya menyadari betul bahwa yang namanya pahala itu ada dalam hak prerogatif Allah semata. Bisa jadi pahala itu Dia berikan dalam bentuk lain. Misalnya berupa pencegahan dari berbagai musibah, penyakit, mengganti kesusahan menjadi kebahagiaan, mengubah hati yang marah menjadi pemurah, menyulap hati yang sakit menjadi sehat, atau menyimpannya untuk kehidupan yang abadi kelak. Sebenarnya saya atau kita semua lebih membutuhkan pertolongan di kehidupan setelah kematian.

Jadi, kalau bicara keyakinan soal pahala sedekah ini, saya sudah merasakannya sendiri. Ini sifatnya pengalaman subjektif yang benar-benar dirasakan langsung. Apakah Teman-teman juga punya pengalaman serupa mengenai keajaiban sedekah? Boleh juga share di kolom komentar, ya. Terutama keajaiban sedekah di saat sulit yang Teman-teman rasakan sendiri.

Nah, sekarang ini kita masuk dalam bulan Ramadhan dimana amalan kita dilipatgandakan pahalanya hingga 700 kali lipat, lho. Bulan puasa bisa menjadi momen yang paling baik untuk mulai beramal. Apakah dengan memberikan makanan untuk orang yang berbuka, membantu sesama yang dalam kesulitan, sakit, terlilit hutang, dan lain-lain. Insyaallah keajaiban akan terjadi dalam hidup kita.

Ini adalah salah satu cuplikan dari artikel di situs Muslim.or.id mengenai pahala amal ibadah di bulan Ramadhan.

hadits tentang pahala sedekah di bulan Ramadhan

Sedekah di hari biasa saja bisa mendatangkan banyak sekali kebaikan di dunia. Apalagi jika kita beramal dan berbuat baik di bulan puasa ini.

Tips Mendapatkan Motivasi untuk Memulai dan Istiqomah Bersedekah

Namanya motivasi diri itu kadang naik kadang turun. Sama halnya dengan iman yang selalu naik dan turun. Ketika dapat banyak transferan, makin terlena dan shalat asal tebus kewajiban. Sedangkan ketika saldo menipis, setiap kalimat dalam shalat begitu kita hayati dan ada tambahan doa begitu panjang dengan khusyu’ setelah sholat. Hihi… Itu sih saya ya.

Nah, ketika motivasi itu hilang atau berkurang, cara yang efektif menurut pengalaman saya ada empat hal. Ini juga merupakan jalan supaya bisa mendapatkan keajaiban sedekah di saat sulit. Lakukan walaupun kondisi ekonomi Teman-teman sedang tidak baik.

1. Silaturahmi dan Terus Terhubung dengan Keluarga, Sanak Saudara, dan Teman

Salah satu tips selalau termotivasi untuk beramal kebaikan adalah selalu menjalin komunikasi dengan orang lain. Khususnya dengan keluarga besar yang jauh. Cinta kepada keluarga memang tidak tertandingi, ya. Apalagi jika tahu bahwa orang tua, atau mungkin sanak saudara adalah orang yang membutuhkan.

Kita bisa memanfaatkan internet stabil IndiHome untuk terus menjalin silaturahmi dengan mereka dari jauh. Dengan begitu, kita bisa tahu keadaan orang tercinta dan dapat memberikan bantuan pada mereka selama kita mampu melakukannya.

Sebenarnya tidak harus karena motif membantu kesulitan, bisa juga sekedar menyenangkan hati orang tua dengan menambah saldo tabungannya, mengirim makanan kesukaannya, atau memberikan hadiah. Berbuat baik tidak harus kepada orang yang kekurangan, tapi bisa kepada orang yang sudah berpunya dan berniat menyenangkannya.

Terhubung selalu walau jarak memisahkan akan mendekatkan yang jauh. Internet menyatukan keluarga dengan memanfaatkannya sebagai sarana komunikasi.

2. Bergaul dengan Lingkungan yang Mencintai Ibadah dan Beramal

Kedua, Teman-teman bisa menjalin pertemanan dengan lingkungan yang senang beribadah dan bersedekah. Jika mendapati kelompok sosial yang senang menyalurkan bantuan misalnya untuk korban bencana, sedekah untuk kaum dhu’afa, anak yatim, infak untuk fasilitas umum dan fasilitas agama, dan lain-lain bisa Teman-teman dekati.

Bagi saya pribadi, pergaulan sangat berpengaruh terhadap minat, kebiasaan, hingga suasana hati. Bergaul dengan orang-orang yang senang beramal bisa menularkan semangat yang sama dalam diri.

3. Mendengarkan Ceramah Agama Tentang Sedekah

Rasanya topik tentang sedekah di berbagai media cukup populer. Termasuk dalam ceramah keagamaan. Namun, kita bisa saja lupa akibat pergaulan, kebiasaan sehari-hari, atau sebab lainnya yang menurunkan minat kita.

Supaya semangat itu selalu muncul dan menyala, Teman-teman bisa memotivasi diri dengan mendengarkan ceramah tentang sedekah. Tidak harus melulu datang ke majlis ta’lim. Saat ini ada banyak cara memperoleh ilmu dan motivasi ibadah lewat channel YouTube, TV Religi, Website, dan lain-lain.

Ingat, hidayah itu juga harus dijemput bukan dinanti dengan diam dan pasif. Setuju, ya? Manfaatkan internet stabil seperti IndiHome yang bisa membuat kita memperoleh banyak ilmu, inspirasi, motivasi, bahkan hidayah yang menguatkan iman.

4. Selalu Ingat Bahwa Sedekah Tidak Harus Menunggu Kaya

Kisah saya yang memanfaatkan tenaga dan keterampilan memasak masakan rumahan juga bisa. Berbagi dengan sedikit mengeluarkan biaya belanja sayur dan lauk tetap bisa asalkan memang ada keinginan. Ini cocok bagi Teman-teman yang ingin merasakan keajaiban sedekah di saat sulit.

Membuat makanan nasi bungkus untuk 20 tukang becak di hari jum’at lebih hemat daripada membeli 20 porsi dengan beli dari rumah makan. Masak nasi sekitar 2 kg beras, sayur kangkung 2 ikat, 20 potong dada dan paha ayam, lombok, dan bumbu dapur. Tahun 2016 ketika saya melakoni itu, belanja bahan-bahannya habis sekitar 160 ribu rupiah saja.

Uang tersebut memang sengaja disisihkan khusus untuk membuat makanan untuk para tukang becak yang selalu lama ngetem (diam di tempat) hingga ketiduran di atas becak karena sepi penumpang.

Itu hanya salah satu contoh saja. Kreativitas dalam beramal bisa muncul ketika motivasi itu datang. Tidak harus menunggu banyak harta. Bahkan jika di saku hanya punya untuk makan satu hari, bisa usahakan dengan memberikan sebagiannya kepada yang lebih membutuhkan.

Berawal dari berbagi semampunya, insyaallah rezeki kita akan terbuka lebar. Keberkahan juga akan datang karena ini adalah janji Yang Maha Pemberi. Janji yang sudah pasti ditepati.

Apalagi sekarang kita sedang memasuki bulan Ramadhan yang dijanjikan pahala berlipat ganda. Rasakan keajaiban sedekah di saat sulit dan juga ketika lapang. Jika di hari biasa faedahnya sudah luar biasa, apalagi di bulan puasa. Jadi, tunggu apalagi Teman-teman. Ini saatnya mulai beramal dan raih sebanyak-banyaknya pahala!

Referensi :
https://muslim.or.id/1282-dahsyatnya-sedekah-di-bulan-ramadhan.html

You May Also Like

19 Comments

  1. fanny_dcatqueen April 7, 2022 at 12:33 am

    Aku jadi inget yg pernah dibilang papa mba. Sedekah, sedekah, sedekah. Jangan pernah ragu, biasain, jadiin itu sebagai rutinitas.

    Awalnya aku sampe heran, kenapa juga hrs mentingin sedekah. Sesekali boleh lah, tapi kalo utk rutinitas, aku pikir berlebihan. Dulu aku mikirnya sempet begitu.

    Tapi kemudian Krn ngeliat papa yg selalu rutin sedekah ke mana2, aku toh jadi ngerasa, kahidupan keluarga kami Alhamdulillah adem ayem. Bisnis lancar, anak2 syukurnya sehat, kamipun dimudahkan dalam segala urusan. Apapun itu .. berasa banget manfaatnya.

    Akhirnya pelan2 aku mulai ikutan. Dengan punya anak asuh, awalnya 1, sampe skr nambah. Trus yg berprestasi Alhamdulillah aku dan papa bareng nyekolahin anak ini ke Mesir. Papa yg bayar uang sekolah, aku yg nanggung living cost nya di Mesir.

    Ntah Krn itu efek dari sedekah dan zakat ini, tapi karir suami syukurnya cepet melesat. Keuangan jauh membaik. Janji Allah ga pernah salah. Kalopun mungkin kita ga merasakan nikmatnya skr, bener kayak kata mba, mungkin nanti di akhirat. Di alam kubur, atau diksh dalam bentuk lain kayak kesehatan dll. Itu pun rezeki kan ❤️.

    Sekarang aku coba nerusin ke anak2, supaya mereka terbiasa utk memberi, tanpa banyak pikir. Aku ga pengin mereka jadi anak yg sempit hati.

    1. Iim Rohimah April 10, 2022 at 11:32 pm

      Inspiratif sekali mbak prinsip dan habit keluarganya. Memang harus jadi sebuah kebiasaan karena memang sedekah itu mendatangkan keberkahan.

  2. bening April 9, 2022 at 9:18 am

    ceritanya sangat menginspirasi sekali, mbak
    semacam jadi pengingat juga untuk diri sendiri nih, mumpung ramadan, kesempatan sedang luas-luasnya buat bersedekah
    dan semoga bisa istikomah juga setelah ramadan nantinya

  3. Sarah April 10, 2022 at 6:43 am

    Eh tapi emang bener sih kak. Soalnya ngerasa banget matematika nya Allah itu beda ama matematika kita. 1+1 bukan 2 tapi 10 .

  4. Fenni Bungsu April 10, 2022 at 12:56 pm

    Meski Istiqomah mungkin sulit diterapkan, tetapi harus dipaksakan juga dengan mindset bahwa sedekah dapat memberikan kebahagiaan untuk kedua belah pihak

  5. deddyhuang.com April 10, 2022 at 11:26 pm

    bersedekah itu emang terlintas mudah, tapi kadang ada hati yang harus dilawan gimana agar pada saat kita bersedekah tidak ada rasa hati yang ingin pamer. kalau aku lebih senang sedekah biarlah hanya diri kita sendiri yang tahu.

  6. Jiah Al Jafara April 11, 2022 at 4:21 am

    Sedekah gak harus nunggu kaya dan bisa dalam bentuk apa pun. Aku sendiri pertama mengutamakan orang sekitar kaya saudara atau orang-orang di kampungku. Beda kasus ya kalau lingkungannya orang yang berada. Ikut senang dengar cerita keajaiban sedekah ini

  7. Sugianto April 11, 2022 at 7:25 am

    Sedang memang manfaatnya sangat besar, kalau boleh dibilang sedekah menjadikan kita kaya. Karena keberkahan yang ada dibalik sedekah. Sedekah yang hebat itu adalah saat kita sulit.

  8. hamimeha April 11, 2022 at 10:26 am

    masya Allah barokalloh ya mbak semoga makin lancar da nberkah baca ini jadi yakin Allah maha baik sekali dengan sgeala amalan sunnah yang bisa kita lakukan aplagi di masa ramadan gini nih

  9. antung apriana April 11, 2022 at 10:31 am

    memang sedekah ini sudah dijamin sama Allah nggak bakalan bikin kita rugi. aku pun sebenarnya pengen euy sedekah dalam bentuk makanan gitu tapi nggak kunjung terealisasi. sedekah juga masih bolong-bolong nggak rutin. huhu. semoga saja nih di bulan ramadan ini aku bisa meningkatkan kualitas sedekahku

  10. Eko prasetyo April 11, 2022 at 10:59 am

    Semangat berbagi kak, sangat mengispirasi, dalam ilmu tabur tuai pun diajarkan apa yang kita tabur itu juga yang kita tuai, begitu juga dengan sedekah Allah pasti akan membalasnya berkali kali lipat

  11. Dila April 11, 2022 at 11:58 am

    Masyaallah, kisahnya inspiratif sekali mba. Saya termasuk orang yang percaya akan keajaiban sedekah. Sedekah itu adalah ibadah paling mudah tapi masih banyak yang berat melakukan. Saya setuju, sebaiknya memberi sedekah seperti sebungkus nasi untuk tukang becak. Kalau kita kasih uang, kadang terasa kecil atau nanti malah dibeli rokok, barang yang tak bermanfaat.

  12. Amir April 11, 2022 at 2:32 pm

    Hidup serba kekurangan memang tidak nyaman, apalagi setelah berkeluarga. Namun dengan sedekah, semua bisa berubah. Ya, itu niscaya sih. Dan kalau saya dengar orang berkata, sedekah sehabis subuh dapat mengabulkan keinginan kita.

  13. Eri Udiyawati April 12, 2022 at 7:37 am

    Ngena banget sih ini. Membuka hatiku yang jarang sedekah. Yang masih takut memberi ketika budget pas pasan nanti makan apa.

    Semoga saya bisa bersedekah makin banyak dan ikhlas. Aamiin.

  14. Ulfah Aulia April 12, 2022 at 9:25 am

    Masya allah mba, di saat sulit saja selalu ingat bersedekah apalagi saat lapang yaa mbak. Memang kekuatan sedekah itu luar biasa mbak

  15. marfa April 18, 2022 at 1:56 pm

    MashaAllah, thank you Mbak Iim atas cerita dan postingannya, bikin reminder buatku yang kadang masih suka perhitungan kalau mau sedekah, apalagi kalau sedang dalam kondisi susah. Padahal kalau “dipaksakan” nantinya terbiasa, terus jangan berharap2 langsung dpt balasan. Memang sih, kalau abis sedekah rasanya ada rasa lega, kedamaian hati mungkin ya, pdhl itu juga termasuk rezeki krn merasa damai hihi

  16. bunda saladin April 18, 2022 at 2:58 pm

    Makasih remindernya ya, Kak. Semangat juga rezeki. Jadi maybe someday kalau sedang tidak bersemangat mungkin sedekah saya yg kurang.

    Tulisannya panjang tapi menarik dan membuat nyess di hati.

    Dulu pernah kasih (padahal dikit) ke keponakan. alhamdulillah dijauhkan dari ular yg meloncat ke angkot (dari pohon). Keselamatan juga rezeki ya gak melulu uang.

  17. Hastira April 19, 2022 at 3:00 am

    makasih sharingnya, kalau aku sih karena ibuku sering sekali bersedekah sampai sekarang, makanya setelah bekerja aku rutin bukan hanya saja materi tetapi ilmu. sekaarng punya komunitas anak yang gratis anak2 yang berkegiatan di sana. Dan dua anakku yang sdh bekerja juga mengikuti jejakku

  18. Wahyuindah April 20, 2022 at 1:27 pm

    Sedekah itu memperpanjang umur katanya dan meringankan hisap di akherat nanti. semoga kita semua dilimpahkan rejeki yang banyak agar bisa sedekah ya mbak

Leave a Reply