Stay Calm, Inilah 6 Cara Menghadapi Orang yang Suka Ikut Campur

Gimana sih cara menghadapi orang yang suka ikut campur urusan kita? Meskipun itu merupakan sikap yang nampak biasa saja, tapi akan sangat mengganggu hingga mempengaruhi suasana hati dalam jangka panjang.

Tulisan Ini Terinspirasi dari Perasaan Terganggu Oleh Sikap Tetangga yang Ikut Campur

Mengapa saya terinspirasi mengulas tips ini? Jadi, tulisan ini sebenarnya juga sebagai self healing untuk mengedukasi diri sendiri karena sedang merasa sangat terusik oleh beberapa orang yang saya anggap senang ikut campur urusan saya.

Salah satunya ada tetangga yang suka sekali memberi komentar negatif setiap saya lewat bersama anak saya.

Ceritanya, hampir setiap hari saya membawa anak di atas sepeda roda tiga yang punya payung di atasnya.

Hal itu biasa saya lakukan untuk menghibur anak. Anak saya sangat senang saya ajak berkeliling di area kelurahan hingga ke lapangan.

Sayangnya, keceriaan saya seringkali terganggu oleh salah satu tetangga. Dan hanya orang itu saja. Sementara tetangga saya yang lain hanya bertanya seperlunya, atau menyapa anak saya.

Sedangkan tetangga saya yang satu itu, sebut saja namanya Bu Mawar (bukan nama asli, ya). Bu Mawar ini selalu berkomentar setiap saya lewat. Padahal saya tidak kenal sebelumnya, tidak memiliki kepentingan apapun, dan saya rasa keberadaan saya tidak mengganggu dirinya.

Setiap saya lewat, Bu Mawar selalu bilang, “Ini lagi panas, kok anaknya dibawa jalan?”. Awalnya, saya anggap itu hanya basa basi ala ibu-ibu.

Namun, lama-kelamaan, komentar tidak pernah lepas darinya setiap saya lewat. Terutama saat matahari sedang cukup terik. Pasti ia akan bilang cuaca panas kenapa anak dibawa keluar rumah.

Hal yang menambah prasangka adalah karena setiap ucapannya disertai mimik wajah yang serius dan cukup ketus.

Bahkan ketika mendung, Bu Mawar juga berkata, ” Lagi mendung nih. Bentar lagi hujan, tuh.” Sahurnya sambil memasang wajah sinis dan memandangi langit.

Sebagai informasi, sebenarnya setiap ke luar dari rumah, saya pun sudah punya prediksi soal cuaca. Saya akan memilih di rumah saja jika langit sedang terik atau sedang hujan. Kecuali jika benar-benar terpaksa, anak tidak mau diam, rewel dan bosan di rumah, maka saya ajak naik sepeda roda tiga miliknya.

Alhamdulillah, anak saya sehat terus dan terhibur dengan diajak berkeliling. Apalagi sepedanya punya payung di atasnya sehingga bisa mengamankan kepala dan tubuh anak dari panas dan jika tiba-tiba hujan turun dalam perjalanan. Lagipula, jarak perjalanan saya tidak jauh. Hanya keliling di sekitar rumah.

Mungkin Terdengar Sepele, Tapi Jika Terus-Menerus Saya Mulai Marah

Awalnya komentar tetangga seperti itu saya acuhkan. Namun, karena terus dilakukan, maka saya pun mulai terganggu dan kesal.

Ya, namanya sedang kesal, apalagi sedang lelah mengasuh anak, maka diam adalah pilihan. Diam itu untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Kenapa saya marah hanya karena komentar tersebut? Apakah itu wajar? Bagaimana kata-kata yang tepat untuk menjawab ucapan tetangga itu, sementara hati saya dipenuhi rasa kesal?

Coba deh, pembaca mungkin punya masukan, Kira-kira dengan pikiran yg jernih, jawaban apa yang paling tepat kalau dikomentari tetangga, “Anaknya kok dibawa keluar rumah lagi panas begini.” Dan, orangnya sambil berlalu, wajahnya mengkerut seolah apa yang saya lakukan itu salah.

Sampai akhirnya siang ini, Bu Mawar sedang duduk santai di teras rumahnya. (Fyi, Biasanya beliau berkomentar sambil beraktivitas depan rumah). Saya lewat depan rumah beliau, dan kini mengajukan pertanyaan yang berbeda dari komentar biasanya. “Anaknya nggak bisa tidur apa Mbak, makanya diajak jalan-jalan?”.

Saya yang memang tidak memprediksi akan “disapa” lebih intens, cukup tertegun. Soalnya semua orang yang saya lewati hanya menyapa biasa. Misalnya, “Wah, jalan ke mana nih Dedek, seneng banget”. ” Seneng ya, Jalan-jalan” Dan lain-lain. Semuanya positif dan tidak mengusik.

Akhirnya saya cuma bisa mengelus dada. “Astaghfirullah, plis jangan marah. Jaga emosi dan berfikir positif dulu.” Saya mencoba menenangkan diri.

Saya berhenti sejenak karena cukup tercengang, dan hanya bisa menjawab seadanya. “Nggak kok, Bu.”

Entah Bu Mawar paham atau tidak dengan jawaban saya. Intinya saya ingin menyampaikan bahwa anak ini saya ajak jalan-jalan bukan berarti nggak bisa tidur. Berkeliling di sekitar rumah tetangga sepertinya tidak harus punya alasan kuat. Hanya ingin menghibur anak juga bisa, kan?

Sampai akhirnya, sore ini, saya mulai mencoba memikirkan apa sih cara yang tepat supaya tidak terganggu dengan sikap tetangga yang demikian. Saya harus tetap happy dan sebisa mungkin terhindar dari konflik dengan tetangga hanya karena masalah seperti ini.

Sampai akhirnya saya menyimpulkan mungkin memang ada orang yang “lebih tertarik” dengan apa yang orang lain lakukan. Padahal, kita tidak mengganggu dan melakukan hal-hal yang melanggar norma masyarakat.

Cara Menghadapi Orang yang Suka Ikut Campur Urusan Kita

Apakah teman-teman juga punya perasaan terganggu oleh keluarga, tetangga, atau siapapun yang dirasa senang mencampuri urusan kita? Mungkin cara menghadapi orang yang suka ikut campur ini bisa membantu. Apa saja?

1. Pahami Bahwa Orang yang Senang Ikut Campur Tidak Hanya Lakukan Itu Kepadamu

Saya pun mulai memikirkan hal pokok dari sikap dan karakter orang. Mengingat siapa saja orang yang senang ikut campur urusan saya.

Ternyata, pada intinya, sikap tersebut juga tidak hanya mereka lakukan kepada saya. Mereka juga melakukan itu kepada orang lain.

Misalnya Bu Mawar yang suka mengomentari saya setiap lewat padahal kami tidak kenal satu sama lain. Mungkin sebenarnya, jika saya mau sedikit “gibah” ke tetangga lain, pasti dan tidak diragukan lagi akan ada yang bilang, “Ih, orangnya memang begitu Mbak, jangan digubris deh.”

Itu sering saya dapati. Namun, kali ini saya tidak mau mengadu kepada siapapun. Selain menimbulkan citra negatif, juga ingin mencoba mengatasinya langsung dan mencari waktu yang tepat untuk mengajak Bu Mawar buat “ngopi”. Haha.. Kok jadi ngelawak.

2. Setiap Sikap Ada Timbal Baliknya Tanpa Harus Mendoakan Hal Buruk

Marah dan kesal pasti kita rasakan jika ada orang lain mengusik urusan kita. Terutama jika dilakukan dengan cara yang negatif.

Cara menghadapi orang yang suka ikut campur urusan kita adalah dengan memahami bahwa setiap perbuatan itu ada akibatnya. Itu sudah hukum alam.

Kita tidak mendoakan hal buruk pun, efek negatif pasti diterima orang yang bersikap buruk kepada orang lain. Meskipun hanya berkomentar seenaknya yang mengusik kenyamanan tetangga kita.

Pemahaman ini penting supaya mencegah kita membalas keburukan tetangga atau siapapun dengan sikap buruk. Tahan dan yakini bahwa semua yang kita lakukan ada balasannya apakah di dunia secara langsung, cepat atau lambat, maupun di akhirat.

3. Positif Thinking Dulu, Mungkin Saja Orang Itu Hanya Perhatian

Etapi, sebelum kita jauh membahas soal karma, haha.. sebaiknya upayakan untuk berpikir positif dulu. Siapa tahu orang yang tampak ikut campur itu hanya perhatian.

Ia mungkin berusaha peduli dengan apa yang kita lakukan. Misalnya Bu Mawar yang mungkin tujuannya khawatir anak saya sakit atau kenapa-napa.

Bagi saya tidak apa-apa mengajak anak jalan-jalan siang hari dan ketika mendung, mungkin bagi dia itu pilihan yang tidak tepat. Takut anak demam, atau punya pengalaman yang berkaitan dengan itu.

Sayangnya, karena saya tidak dekat dengan Bu Mawar, tepatnya, belum dekat, rasanya dikomentari setiap lewat itu terasa mengganggu sekali.

4. Jika Memang Jelas Punya Niat Buruk, Manfaatkan Sebagai Peluang Memperoleh Kebaikan untuk Diri Sendiri

Tips ke empat juga cukup ampuh dalam menyikapi orang yang senang ikut campur urusan kita.

Ada masanya kita perlu memahami bahwa sikap orang yang ikut campur itu memang punya niat buruk. Bagaimanapun berpikir positif, tetap saja sikapnya mengindikasikan tujuan mengganggu, iri, usil, dan lain-lain.

Meskipun tidak ada niat terencana untuk mengusik dan menyusahkan, minimal kebiasaan ikut campur merupakan salah satu sifat buruk orang itu yang semua orang memakluminya. Jadi, seolah tidak bisa dipisahkan dari wataknya dan memang terbiasa mengusik kehidupan orang lain.

Nah, daripada makin mendramatisir, sebaiknya kita memanfaatkan perasaan sedih, sakit, dan marah akibat ulah orang lain ini untuk kebaikan diri sendiri.

Maksudnya bagaimana?

Jadi, dalam pemahaman agama saya, ada istilah doa yang paling maqbul (sangat dikabulkan) adalah doa orang terdzolimi. Ketika kita merasa tersakiti, sebaiknya manfaatkan “tiket” ini sebaik mungkin dengan menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri.

Apakah dengan berdoa semoga saya mendapat rezeki berlimpah, semoga memperoleh ampunan dari segala dosa, memiliki hati yang lebih lapang, dan lain-lain.

Sayang sekali jika kita gunakan untuk mendoakan hal buruk untuk orang yang menyakiti perasaan kita. Gunakan kesempatan ini untuk berdoa yang baik-baik saja untuk diri sendiri.

Bahkan jika hati teman-teman sangat mulia, wkwk.. do’akan orang yang menyakiti dengan kebaikan. Misalnya, semoga Bu Mawar mendapatkan kebahagiaan hari ini, semoga dapat rezeki berlimpah, hatinya bahagia sehingga tidak tertarik mengurusi urusan saya lagi. Eh😆

5. Ketika Ada Orang yang Ikut Campur, Mungkin Kamu Perlu Mendengarkan Lebih Dalam Sebelum Terlanjur Marah

Nah, ada satu sikap yang mungkin saya lewatkan. Saya langsung berlalu begitu saja setiap kali mendapatkan komentar kurang nyaman dari Bu Mawar ini.

Sore ini saya mengingat bahwa saya tidak pernah memiliki niat mendengarkan dan menjawab ucapan beliau. Ya, karena saya keburu kesal duluan🤯😀

Selain itu, saya juga tidak memiliki keinginan untuk berbincang dengan orang yang tidak begitu kenal. Terutama jika tidak ada kepentingan sama sekali.

Padahal, jika dipikirkan lagi, kenapa sih saya tidak meluangkan waktu untuk berhenti dan bicara kepada beliau. Dengarkan dulu, diam dan jangan beranjak sebelum bicara dan menjelaskan apa yang sebenarnya saya lakukan. Bahwa saya hanya ingin menghibur anak, anak saya sehat-sehat saja walau berkeliling di cuaca panas, saya juga ke luar dari rumah seringkali melihat langit tidak terlalu panas dan memilih jam yang tepat, namun anehnya ketika sampai di depan rumah Bu Mawar, langit tiba-tiba panas😄😄

Nggak gitu, dink. Intinya sih, saya mungkin harus berhenti dan bicara dengan tenang. Mendengarkan dulu apapun yang akan ia tanyakan, apa yang ia pikirkan selama ini, dan sampaikan situasi yang sebenarnya. Jadi, jangan hanya prasangka sehingga menimbulkan miskomunikasi seperti ini.

Makanya, kita sering mendengar anak jaman sekarang bilang, “Mungkin dia harus diajak ngopi😄”. (Bukan kopi Sianida, ya🤯😇) Itu istilah yang mengisyaratkan pentingnya bicara mendalam ketika ada kesalahpahaman.

6. Jika Tidak Memungkinkan untuk Diskusi, Pilihan Terbaik Adalah Cuek dan Abaikan

Lalu, bagaimana jika komunikasi tidak memungkinkan? Misalnya seperti Bu Mawar yang berkomentar sambil berlalu, berbicara yang tidak pas untuk dijawab, merasa sungkan, dan lain-lain. Maka tips ampuh terakhir adalah mengabaikannya.

Kunci kebahagiaan diri tidak hanya dengan selalu berpikir positif, tapi juga pandai mengalihkan isi pikiran dan perasaan.

Mungkin masih ada anak di depan mata yang lebih baik untuk diajak bicara, punya segudang pekerjaan yang lebih layak kita pikirkan, ada keinginan mendekorasi rumah dan isi pikiran dengan ide-ide kreatif, dan hal lainnya yang lebih penting.

Apakah kita akan langsung baik-baik saja? Mungkin kita masih marah, kesal, dan tidak habis pikir. Namun, jika punya keinginan kuat dalam memilih isi pikiran, kita pasti bisa teralihkan dari gangguan orang yang senang mengusik kehidupan kita.

Hingga pada akhirnya orang itu tidak ada dalam benak kita. Masih banyak orang lain yang lebih baik kita ingat dan datangi, bukan? Mereka yang punya pengaruh baik dan positif lebih baik untuk kita simpan di hati.

Nah, apakah cara menghadapi orang yang suka ikut campur ini bermanfaat? Semoga tulisan ini membantu kamu yang sedang merasa terusik oleh orang yang selalu mencampuri urusan pribadi. Good luck.

You May Also Like

Leave a Reply