Pulang ke Desa, Akhmad Sobirin Mengubah Nasib Petani Gula dan Sistem Ekonomi Lama

Desa Semedo, sebuah desa terpencil di lereng barat Gunung Slamet, menyaksikan perubahan yang luar biasa berkat sosok inspiratif, Akhmad Sobirin. Sobirin telah mengalirkan perubahan untuk menggantikan sistem ekonomi lama yang merugikan masyarakatnya. Baginya, menjual produk gula semut ke mancanegara adalah cara untuk meningkatkan kesejahteraan para penderes nira kelapa.

Saat pandemi yang melanda dua tahun lalu, Sobirin berhasil menjaga aliran pendapatan dengan lancar, dan dengan sepenuh hati, dia berusaha memberikan solusi mandiri untuk desa Semedo. Petani gula cetak mampu mengubah nasib berkat perubahan sistem ekonomi yang dibawa oleh Akhmad Sobirin.

Ahmad Sobirin penerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award mengubah ekonomi petani gula kelapa dengan ekspor gula semut di Desa Semedo Banyumas Jawa Tengah
Gambar dari www.iqbalkautsar.com

Kehidupan di Desa Semedo

Suasana Desa Semedo mengingatkan kampung halaman terpencil saya di Jawa Barat. Mulai dari pohon-pohon kelapanya yang menjulang, hawa sejuk, tanah yang lembap, hingga mayoritas pendudukanya yang bermata pencaharian sebagai penderes kelapa.

Aktivitas penderes nira kelapa dimulai dari subuh. Bahkan, seringkali sejak sebelum adzan berkumandang demi menyelesaikan “misi” lebih pagi. Itu juga yang dilakukan masyarakat Semedo. Mereka memanjat pohon kelapa dan mengumpulkan nira untuk mengolahnya menjadi gula.

Petani gula di Semedo biasa memanjat 25-30 pohon kelapa dalam sehari, pagi dan sore, karena nira paling baik diambil pada saat tersebut. Bisanya, dari jumlah pohon tersebut bisa menghasilkan sekitar 20 liter air nira.

Setelah menyadap nira dan mengambilnya dari ujung pohon kelapa yang menjulang itu, petani gula pulang dengan cepat untuk mengolah nira kelapa menjadi gula kristal atau gula semut. Umumnya, mereka dibantu istri dan anak. Keluarga di rumah sudah menyiapkan tungku, wajan, dan kayu bakar untuk memulai proses pengolahan. Alat-alat yang mereka gunakan memang masih sangat tradisional.

Nira akan matang menjadi bentuk gula kelapa biasanya memakan waktu hingga 5 atau 6 jam lamanya. Jangan kira proses memasaknya mudah, memasak nira supaya menjadi gula cetak perlu kesabaran dan tenaga ekstra. Para petani harus berpanas-panasan karena menjaga api tetap menyala dan menjaga nira supaya tidak meluap pada saat mendidih dan membuih saat mendekati matang.

Dari 2 liter nira, para petani bisa mendapatkan 10 hingga 12 kg gula cetak per harinya. Harga gula cetak adalah Rp 6.000/kg jika dijual ke tengkulak. Sedangkan gula semut yang dicetuskan Sobirin dapat dijual Rp. 11.000/kg. Ini tentu meningkatkan taraf ekonomi para petani desa.

Perubahan Menuju Produksi Gula Semut

Gula Semut Ahmad Sobirin Semedo Manise
Gambar dari www.iqbalkautsar.com

Petani di desa Semedo sudah terbiasa dengan produksi gula cetak yang lebih sederhana. Mereka tidak terlalu memperhatikan kualitas produk, dan penggunaan pengawet tidak pernah menjadi masalah. Namun, ketika Sobirin memperkenalkan produksi gula semut, semuanya berubah.

Sobirin memulai peternakan jamur tiram ketika dia pulang ke desanya pada tahun 2012. Namun, seiring berjalannya waktu, dia melihat potensi besar dalam produksi gula semut di wilayah Banyumas dan sekitarnya. Sobirin yakin bahwa gula semut bisa menjadi jalan menuju kesejahteraan bagi warga desanya.

Meyakinkan para petani untuk beralih dari produksi gula cetak ke gula semut memang tidaklah mudah. Mereka khawatir dengan perubahan tersebut, terutama karena proses produksi gula semut lebih rumit dan lebih ketat dalam hal higienitas dan sertifikasi. Sobirin memutuskan untuk membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Manggar Jaya pada tahun 2012 dengan 25 warga Semedo yang tertarik pada produksi gula semut.

Pada awalnya, banyak tantangan dan perlawanan dari para petani. Mereka khawatir tentang masalah kebersihan, penggunaan pengawet, dan kerumitan proses produksi gula semut. Namun, Sobirin tidak menyerah. Dia memberikan pelatihan dan pendampingan yang intensif kepada para petani. Dia juga membantu mereka mendapatkan sertifikasi dan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk produksi gula semut yang lebih berkualitas dan aman.

Saat ini, Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Manggar Jaya telah tumbuh menjadi 130 anggota aktif. Mereka telah berhasil memasarkan produk gula semut mereka secara nasional dan internasional. Produk mereka bahkan sudah diekspor ke beberapa negara, seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. Hasil penjualan gula semut telah memberikan pendapatan yang lebih tinggi bagi para petani dibandingkan dengan produksi gula cetak.

Meningkatkan Kesejahteraan Desa Semedo

Perubahan yang dilakukan oleh Sobirin di Desa Semedo bukan hanya dalam hal produksi gula semut, tetapi juga dalam mengubah sistem ekonomi desa secara keseluruhan. Dia memiliki visi yang kuat untuk mengubah nasib desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Sobirin juga mendirikan Balai Latihan dan Konsultasi Pertanian (BLKP) yang bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para petani dalam hal pertanian, perkebunan, dan kewirausahaan. BLKP ini telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa dan memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan usaha pertanian dan perkebunan mereka.

Selain itu, dia juga membentuk Lembaga Pengembangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan secara berkelanjutan dengan menggunakan teknologi modern.

Sobirin adalah contoh nyata dari seseorang yang memutuskan untuk pulang ke desanya dan melakukan perubahan positif yang signifikan. Dia tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desanya melalui produksi gula semut, tetapi juga melalui pendidikan dan pelatihan yang dia adakan. Dia adalah sosok inspiratif yang telah membantu mengubah nasib Desa Semedo dan memberikan harapan bagi banyak petani gula di wilayah tersebut.

Akhmad Sobirin muncul sebagai figur inspiratif dalam pengembangan produk ekspor berkualitas. Pada 2015, ia mendaftar untuk Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award yang diadakan oleh PT Astra International Tbk. Meskipun hanya mencapai peringkat 100 besar, Sobirin tak menyerah.

Tahun berikutnya, ia kembali berpartisipasi dan meraih penghargaan Satu Indonesia Awards di bidang Kewirausahaan. Keberhasilannya membuktikan dedikasinya dalam memajukan petani gula semut di Semedo melalui wirausaha yang patut dicontoh. Ini juga membanggakan masyarakat Desa Semedo, yang kini memiliki wakil terbaik yang mengangkat citra desa mereka yang terpencil.

Penutup

Sobirin adalah sosok yang luar biasa yang telah mengubah nasib Desa Semedo melalui produksi gula semut dan upayanya dalam mengembangkan ekonomi desa. Dia telah berhasil membantu para petani di desanya untuk beralih dari produksi gula cetak ke gula semut yang lebih berkualitas, sehingga meningkatkan pendapatan mereka.

Selain itu, dia juga membentuk berbagai lembaga dan inisiatif yang bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para petani dalam hal pertanian, perkebunan, dan kewirausahaan. Semua ini telah membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa dan memberikan mereka harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Referensi:
http://www.iqbalkautsar.com/2020/12/akhmad-sobirin-pengangkat-derajat.html
https://www.umimarfa.web.id/2019/12/gula-semut-semedo-manise.html

You May Also Like

Leave a Reply