3 Tips Lulus ASI Eksklusif, Tekad Kuat Ibu Saja Tidak Cukup!
3 Tips Lulus ASI Eksklusif – Air Susu Ibu (ASI) kita percayai memiliki kandungan gizi yang sangat lengkap. Bahkan sebagian besar zat dalam ASI masih belum dikenali oleh para peneliti. Artinya, bahkan sufor atau susu formula yang diracik dengan baik pun masih belum bisa menandingi kehebatan ASI. Begitu penuturan penyuluh kesehatan di puskesmas tempat saya rutin periksa kehamilan.
Mengingat begitu besarnya kelebihan ASI, kini ada istilah pejuang ASI. Orang tua muda berharap lulus ASI Eksklusif agar bayinya cukup ASI.
ASI Eksklusif adalah pemberian makan hanya ASI saja selama 6 bulan kepada bayi. Artinya bayi tidak diberi makanan maupun minuman apapun selain ASI. Tidak serutan pisang, air putih, maupun selingan susu formula. Murni hanya ASI saja.
Supaya lulus ASI Eksklusif, semua pihak harus ikut mendukung pastinya. Jadi, bukan hanya dibebankan kepada ibu saja. Apa saja tips agar lulus ASI Eksklusif?
Pertama, Bisa Lulus ASI Eksklusif Jika Semua Anggota Keluarga Paham Pentingnya ASI
Hal ini sangat penting supaya program ASI Eksklusif berjalan dengan lancar. Orang di sekitar ibu dan bayi bisa suami, orang tua, kakek nenek, bibi, mertua, adik, kakak, dan lain-lain. Terutama orang-orang yang turut serta mengasuh dan memperhatikan tumbuh kembang bayi.
Bila semua orang mengerti tentang pentingnya ASI Eksklusif, maka semua akan berjalan lancar. Pasti lulus ASI eksklusif. Sedangkan bila tidak memahami betapa pentingnya ASI Eksklusif, bisa jadi tujuan yang tadinya sudah direncanakan tidak tercapai.
Kondisi yang Bisa Terjadi Jika Anggota Keluarga Tidak Mengerti Pentingan ASI Eksklusif
Karena belum mendapatkan informasi lengkap seputar ASI Eksklusif, banyak orang yang bayinya baru berumur satu dua hari sudah diberi sufor dengan alasan ASI ibunya belum ada. Padahal, bayi pada dasarnya masih punya cadangan makanan yang cukup pada saat ia di dalam perut ibunya. Kurang lebih tiga hari setelah lahir.
Selain itu, banyak orang belum memahami bahwa lambung bayi baru lahir masih sangat kecil. Ia belum memerlukan asupan makanan maupun minuman banyak. Menurut para bidan, lambung bayi baru lahir masih sebesar buah ceri. Apa jadinya jika saat itu ia dipaksa minum sufor setengah gelas?
Nah, sudah kebayang ya Bun ilustrasinya?
Kedua, Komunikasi yang Baik dengan Keluarga Besar dari Jauh-jauh Hari
Membahas pendapat yang berbeda secara perlahan akan lebih efektif ketimbang menyanggah secara tiba-tiba pada saatnya tiba. Begitu pula mengenai rencana ASI Eksklusif.
Meskipun terlihat sepele, namun ini rasanya penting. Apalagi jika nanti saat anak kita lahir akan didampingi orang tua, baik ibu kandung maupun ibu mertua, atau keduanya. Bila kita tahu punya pemahaman berbeda dengan mereka, maka alangkah baiknya jika Bunda mulai menyampaikan apa yang bunda rencanakan.
Salah satu contoh yang biasanya berbeda pemahaman dengan orang tua adalah mengenai kolostrum. Orang tua menganggap itu ASI tidak baik atau basi. Kita bisa sampaikan nanti ASI pertama yang keluar akan diberikan kepada bayi. Kolostrum sangat baik karena mengandung imun bagi bayi.
Kemudian mengenai program 6 bulan ASI Eksklusif. Biasanya orang tua akan mulai memberikan serutan pisang kepada bayi yang masih kecil. Bahkan belum sampai usia 3 bulan.
ASI Eksklusif Menurut WHO Adalah 6 Bulan
Sedangkan ASI Eksklusif menurut WHO adalah bahwa selama 6 bulan sejak kelahirannya, bayi hanya boleh mengonsumsi ASI saja. Dari segi ilmu kesehatan, pemberian makanan tambahan sebelum umur 6 bulan, akan berbahaya bagi pencernaan bayi kita.
Dan mungkin banyak hal lain yang seharusnya dilakukan malah dilarang. Sebaliknya, yang seharusnya dihindari malah dilakukan.
Dengan demikian, sangat penting bagi para pendamping ibu menyusui untuk memahami soal ASI Eksklusif ini. Bisa dengan cara ikut penyuluhan, mencari informasi dari media massa, atau ibu sampaikan secara lisan secara perlahan jauh-jauh hari.
Ketiga, Dukungan yang Baik Bagi Ibu Selama Proses Menyusui
Setelah ada ilmu, kini saatnya mempraktekkan program ASI Eksklusif. Prakteknya, seringkali tidak semudah teori lho.
Butuh sekali kerjasama dan dukungan orang-orang sekitar ibu menyusui. Mungkin keluarga paham bahwa supaya ASI banyak, maka busui harus selalu makan dengan sayuran hijau. Tapi, kenyataannya makanan itu tidak selalu dapat disediakan untuk ibu menyusui karena berbagai kendala.
Perlu dipahami bahwa selama menyusui bayi yang masih kecil, ibu tidak mudah menyisihkan waktu untuk memasak lho. Bahkan, bagi yang tidak didampingi oleh keluarga atau asisten rumah tangga (ART), untuk mandi saja kesulitan mencari waktunya. Apalagi harus menyediakan masakan sendiri sebagai pendukung ASI.
Oleh karena itu, di sini peran keluarga sangat penting. Busui perlu dibantu selalu tersedia makanan pendukung produksi ASI.
Selain makanan, kondisi juga harus terjamin. Jangan sampai, makanan sudah sedia, namun malah si ibunya tidak sempat makan sama sekali. Misalnya tidak ada yang bisa menjaga dedek bayi selagi ibu ingin makan dengan cukup.
Ingat lho, supaya produksi ASI banyak, juga perlu dilakukan banyak hal lainnya. Selain makanan, busui mungkin butuh waktu untuk istirahat, butuh waktu untuk memijat payudara di kamar mandi, dan lain-lain.
Nah, pengalaman saya, justru prakteknya ini yang merupakan tantangan tersendiri. Anggota keluarga yang mendampingi busui tidak selalu punya waktu luang juga.
Suami sibuk dengan pekerjaannya, orang tua mungkin lemah staminanya, kakak atau adik juga mungkin punya anak yang harus dirawat juga. Dan kendala lainnya.
Jadi, supaya lulus ASI Eksklusif, maka perlu sekali memperhatikan hal-hal di atas. Jika tidak, maka tidak jarang pada akhirnya rencana ASI Eksklusif jadi gagal dan tinggal rencana saja. Semoga semua orang bisa mendukung para ibu menyusui ya. Salam Penjuang ASI Ekskluif.