• Beranda
  • Lifestyle
    • Kesehatan
    • Fashion
    • Kecantikan
    • Travelling
    • Staycation
    • Finansial
    • Otomotif
  • Parenting
    • Pendidikan
    • MPASI
    • ASI Eksklusif
  • Properti
    • Dekorasi
  • Teknologi
  • About Me
    • Kontak Saya

Blog Personal Iim Rohimah

blog lifestyle dan parenting

Perempuan

Sebuah Coretan Tentang Perempuan dan Literasi Digital

Januari 12, 2021 Comments : 49

Berbicara tentang perempuan dan literasi digital, saya teringat kejadian-kejadian kurang kondusif dalam sebuah WhatsApp Group (WAG) alumni tahun lalu. Saya share postingan blog saya di WAG tersebut. Postingan itu sebenarnya isinya sangat pro terhadap hak perempuan, namun ada tanggapan seorang teman, yang merupakan ibu rumah tangga merespon dengan marah.

Bagi saya, dalam kejadian ini bukan persoalan perbedaan pikiran, namun cara orang menanggapi sebuah informasi. Waktu itu, saya membagikan postingan saya tentang peran karir bagi perempuan yang telah menikah. Semua anggota WAG, baik yang berperan sebagai wanita karir maupun ibu rumah tangga menanggapi dengan baik, bahkan kebanyakan setuju. Hanya satu orang menanggapi dengan marah dan mencerca hingga salah paham dan melebar pembahasannya ke mana-mana.

Meskipun kejadian itu tidak begitu besar, namun ada hal yang saya pikirkan sampai saat ini. Apa itu? Pola pikir kebanyakan perempuan saat ini belum bisa membedakan mana hal yang bisa ia perjuangkan dan mana yang memang perlu diikhlaskan.

Akhirnya, ketika perannya dalam keluarga merasa dirugikan, mereka hanya bisa menahan marah dan menjadi masalah kesehatan dalam aspek psikologis. Menerima keadaan dengan ketidaknyamanan. Lebih jauh lagi, membela diri dengan dalih agama atas ketidakberdayaannya.

Daftar Isi tampilkan
Tingkat Literasi Digital di Indonesia
Pengertian Literasi Digital
Menulis Topik Isu Perempuan Lewat Blog
Mengapa Literasi Digital Penting Bagi Perempuan?
Skill Menulis dan Editing Juga Penting dalam Meningkatkan Literasi Digital

Tingkat Literasi Digital di Indonesia

Apa yang saya amati pada kejadian tadi sebenarnya mungkin ada kaitannya dengan tingkat literasi digital yang masih belum sesuai harapan. Rendahnya minat baca membuat orang tidak sabaran mengomentari sebelum benar-benar membaca secara menyeluruh.

Selain dalam hal proses menerima informasi, aspek literasi digital lainnya adalah sikap dalam menyebarkan informasi. Mudah menyebarkan berita tanpa menyaring keabsahannya terlebih dahulu. Bahkan, membuat konten digital yang tidak benar demi sebuah kepentingan.

Pernah saya terpana pada beranda Facebooknya suami teman saya yang me-repost artikel tentang “wanita yang kena azab akibat tidak menaati suaminya”. Isi tulisannya tidak lebih dari pendapat pribadi penulis yang menyudutkan kaum perempuan supaya tunduk di bawah keinginan suami.

Tidak hanya itu, gambar yang terpasang di postingan tersebut lebih membuat saya terpana lagi. Perempuan terkena azab itu adalah mayat yang diawetkan dari suku Toraja. Foto mayat di Toraja diramu dengan kepentingan pribadi menjadi arena basah kaum suami. Jadilah sebuah informasi hoaks.

menyebar hoax adalah salah satu bentuk rendahnya literasi digital
postingan hoaks dengan foto mayat di Toraja

Informasi hoaks dan prilaku di media digital ini sebenarnya memang menjadi fenomena yang sudah cukup sering terjadi. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi dan Katadata merilis hasil Survei Literasi Digital Nasional 2020, indeks literasi digital masyarakat Indonesia masuk kategori sedang, yakni 3,47 dari 5.

Berdasarkan hasil survei ini, ternyata 11,2 persen responden pernah menyebarkan berita bohong atau hoaks. Sedangkan 68,4 persennya mendistribusikan informasi sebelum melakukan verifikasi kebenarannya terlebih dahulu. Lalu, ada 56,1 persen tidak mengetahui bahwa itu berita hoaks karena kurangnya pengetahuan mengenai sumber informasi serta punya tujuan iseng dan ingin mempengaruhi orang lain.

Perempun dan laki-laki punya peran penting dalam memperbaiki posisi perempuan dalam keluarga dan sosial. Literasi digital ini perlu kita tingkatkan agar lebih bijak dalam menyikapi sebuah informasi serta bijak juga dalam menyebarkannya.

Pengertian Literasi Digital

Apa itu literasi? Sebelum menggabungkan dua kata di atas, yaitu kata “literasi” dan “digital”, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu pengertian literasi. Literasi adalah kemapuan seseorang dalam membaca, berbicara, menulis, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang dperlukan dalam kehidupannya sehari-hari.

Adapun literasi menurut UNESCO adalah seperangkat keterampilan, baik kognitif, menulis, atau membaca. Keterampilan tersebut dapat dikembangkan melalui banyak hal, misalnya penelitian akademik, pendidikan, pengalaman langsung, maupun nilai budaya.

Sedangkan literasi digital adalah kemampuan menggunakan media digital (berupa alat komunikasi atau jaringan) dalam menemukan, menggunakan, mengevaluasi, menciptakan informasi, dan memanfaatkannya secara bijak, sehat, cermat, cerdas, tepat, dan patuh pada hukum.

Aspek literasi digital sendiri kemudian terbagi dua, yaitu aspek konseptual dan operasional. Konseptual berarti fokus kepada pengembangan kongnitif hingga kemampuan sosial emosional. Adapun operasional merupakan kemampuan teknis menggunakan media digital.

Menulis Topik Isu Perempuan Lewat Blog

Sebenarnya, saya mulai mencoba serius menulis blog sejak akhir tahun 2019. Waktu itu, saya mengalami beberapa keresahan tentang peran perempuan ketika telah berumah tangga.

Mulai dari mengamati, mengalami, hingga mendapatkan berbagai referensi keagamaan dan budaya saat kuliah, membuat saya mendapatkan semacam panggilan hati untuk menyuarakan pikiran lewat tulisan. “Sebenarnya harusnya peran perempuan itu begini, bukan begitu.”

Ada hal-hal yang tidak sesuai antara kenyataan dan idealnya peran perempuan di tengah masyarakat kita. Meskipun tidak seluruhnya demikian, namun masih banyak saya kira. Misalnya kondisi di mana perempuan merasa bersalah ketika harus menjalani cita-citanya, harus menepis keinginan berkarya demi memenuhi keinginan suami, atau berdalih agama di balik ketidakberdayaan melawan budaya patriarki di lingkunganya.

Satu kasus yang paling melekat di pikiran saya adalah sebuah penelitian disertasi mahasiswa perguruan tinggi di Jakarta. Isinya menuliskan diskriminasi peran perempuan dalam keluarga sebuah pesantren. Kekerasan psikis terhadapo perempuan dalam keluarga yang jarang orang sadari. Hak belajar, memberikan ide, mengambil keputusan, semua hanya ada pada suami. Bahkan ada kondisi di mana keluarga ingin membeli mobil, suami hanya meminta masukan dari santri dan tidak bertanya kepada istrinya sama sekali.

Selain masalah pengambilan keputusan, masih banyak teman, sesama perempuan, atau mereka yang tidak saya kenal di media sosial masih saja menganggap bahwa keputusan seorang suami adalah titah yang keramat. Suami tidak mengizinkan bekerja, ya istri tidak bekerja. Jika suami minta ini, minta itu, istri tidak merasa punya hak untuk menolak.

Kesetaraan gender bukan berarti mengalahkan kaum laki-laki, namun mengangkat diri dari kesewenangan orang lain, terutama akibat kesalahan berpikir, terperangkap budaya, hingga kepentingan pribadi yang berlindung di balik agama.

Ya, saya mungkin belum memiliki referensi yang kaya mengenai kesetaraan gender. Masih banyak orang lain yang jauh lebih banyak sumber referensinya. Namun, setidaknya dengan menulis mampu memberikan paradigma yang berbeda bagi sesama perempuan. Mampu membedakan mana yang bisa diperjuangkan dan mana yang memang perlu diikhlaskan.

Begitu pula bagi kaum pria yang sebenarnya mereka juga menginginkan yang terbaik bagi orang yang mereka cintai. Pria pada umumnya pasti ingin kehidupan yang baik bagi anak perempuan, ibu, istri, maupun saudara perempuannya.

Bukankah dalam sejarah juga laki-laki ikut serta dalam memperjuangkan kesetaraan gender? Kartini tidak berjuang sediri, tetapi bisa berhasil lewat dukungan kakak laki-lakinya. Beliau juga mendapatkan dukungan penting dari suaminya.

Mengapa Literasi Digital Penting Bagi Perempuan?

Kemajuan teknologi informasi mengharuskan penggunanya ikut serta dalam menciptakan konten digital. Entah itu tulisan, gambar, video, dan sebagainya. Turut andil dalam membuat tulisan digital ini bisa kita lakukan dengan meningkatkan aspek kognitif dalam membaca pesan digital serta menciptakan konten digital.

Kemampuan literasi digital penting supaya mampu meyaring hoaks, membedakan mana informasi yang benar dan keliru, serta bagaimana menanggapi sebuah konten. Tidak mudah marah dan emosi sebelum benar-benar membaca dan memahami sebuah pesan. Apalagi menyebarkan berita tertentu sebelum mengecek kebenaran dan akurasinya.

Selain kemampuan mencerna konten digital, literasi digital juga berarti skill dalam hal teknis. Tidak hanya berdiam diri dan pasif menerima informasi, tapi mampu membuat konten dan mengoperasikan perangkat digital.

Skill Menulis dan Editing Juga Penting dalam Meningkatkan Literasi Digital

Lewat media digital, perempuan bisa menyuarakan isi hati dan pikirannya dengan sangat leluasa. Kemampuan bawaan perempuan, yang konon unggul dalam kuantitas bicara dan stok bercerita yang banyak bisa dituangkan lewat tulisan seperti blog.

skill literasi digital adalah mampu menulis sesuai tata bahasa yang benar
kelebihan menulis sesuai tata bahasa Indonesia yang benar

Meski begitu, setiap tulisan di blog ini akan sangat baik jika diiringi kemampuan menulis yang baik dan benar sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUBEI). Mengapa demikian? Karena menulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, tulisan di blog akan mudah dipahami, enak dibaca, mengurangi perdebatan tata bahasa, serta kemungkinan dilirik editor lebih besar. Ya, jika tulisan di blog dilirik editor bukan tidak mungkin jika tulisan kita menjadi buku yang akan dibaca lebih banyak orang. Bukankah itu tujuan menulis? Supaya orang lain bisa mendapatkan manfaat dari apa yang kita tulis.

Hal ini seperti disampaikan oleh Teh Gemaulani atau nama lengkapnya Teh Gilang Maulani dalam materi “Menulis dan Editing” di kelas online Kelas Growthing Blogger (KGB) batch #2 pada malam selasa, 11 Januari 2020.

“Blog memang bersifat lebih personal. Namun, bukan berarti kita tidak memperhatikan tentang Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang sudah berubah menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Iya, penulisan yang sesuai kaidah itu penting, sekalipun kita memadukannya dengan kata yang tidak baku.” Begitu kata Teh Gilang saat memulai materinya.

Referensi :
https://literasinusantara.com/literasi-digital-pengertian-tantangan-dan-peluang/
https://penerbitbukudeepublish.com/arti-literasi-digital-menurut-para-ahli/
https://kominfo.go.id/content/detail/30928/siaran-pers-no-149hmkominfo112020-tentang-hasil-survei-indeks-literasi-digital-nasional-2020-akses-internet-makin-terjangkau/0/siaran_pers

Keterampilan menulis dan editing akan melengkapi kualitas konten yang bermanfaat di blog. Tulisan yang memiliki spirit perlu dilengkapi skill literasi digital yang baik. Salam hangat.

You might also enjoy

istri harus mandiri secara finansial5 Alasan Kenapa Istri Harus Mandiri Secara Finansial
penyebab mertua selalu menyalahkan menantu perempuanPenyebab Mertua Selalu Menyalahkan Menantu, Akibat 8 Salah Sangka
benarkah mengurus rumah tangga adalah tugas perempuanBenarkah Mengurus Rumah Tangga Adalah Tugas Perempuan?
Previous:
Penyebab Mertua Selalu Menyalahkan Menantu, Akibat 8 Salah Sangka
Next:
Alasan Menulis Blog dan Cerita di Balik Domain Iimrohimah.com

Komentar

  1. Sulis mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 6:18 am

    Benar sekali mbak, perempuan juga harus belajar untuk menguasai literasi digital. Supaya perempuan bisa menyuarakan hak-haknya melalui tulisan dan bisa membuat konten positif yang bermanfaat bagi orang banyak

    Balas
    • Qoty Intan Zulnida mengatakan

      Januari 12, 2021 pada 10:38 pm

      Yup. Saya setuju. Sepertinya memang tingkat literasi digital kita masih rendah,terutama di kalangan perempuan, khususnya mereka yang tinggal di pedesaan. Mereka jarang membaca baik online maupun offline, sehingga tidak melek literasi. Dan yaaa mudah dipengaruhi. Ini peran kita juga sih, bagaimana kita mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya literasi digital bagi siapapun

      Balas
    • Bety mengatakan

      Januari 13, 2021 pada 10:06 am

      Serem yak kalo hobinya ngeshare hoaks … Makanya literasi digital udah harus selalu dikampanyekan. Biar makin maju bangsa ini

      Balas
  2. wahyuindah mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 6:22 am

    Sedih ya kalau melihat banyak berita bohong dimana mana. Kitanya juga asal menyimpulkan berita itu benar atau tidak hanya dari gambarnya saja. Memang gambar bisa menceritakan banyak hal. Tapi kalau kata kata yang menyertai gambar salah, yang baca ikut tersesat dong. Seperti mayat yang diawetkan tadi. Kita harusnya mempelajai dulu budaya suku Toraja yang memang mengawetkan jenazah. Kok yo ada orang yang mengaitkan dengan adzab. Masya Allah.Berarti mayat suku Toraja yang diawetkan semua itu kena adzab dong. Kasihan suku Torajanya. Jadilah pintar melenalah berita, biar kita tak tersesat dan menyesatkan. Caranya ya lewat literasi digital. Menyampaikan konten yang baik dan jauh dari hoaks.

    Balas
    • Elva Susanti mengatakan

      Januari 12, 2021 pada 10:39 am

      Pastinya penting buat kita belajar mengenai literasi, apalagi sekarang era serba canggih dan kita gak boleh ketinggalan informasi

      Balas
    • Marita Ningtyas mengatakan

      Januari 12, 2021 pada 5:51 pm

      Yess, setuju banget aku tentang pentingnya perempuan melek literasi digital. Bukan hanya tentang kesetaraan gender, tapi juga karena perempuan khususnya ibu adalah madrasah utama anak2nya.. jadi ketika perempuan melek literasi digital, diharapkan akan lahir generasi2 yang nggak mudah terpapar hoax.

      Balas
  3. Linda Puspita mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:25 am

    Aku fokus gambar yang mayat toraja kak, hahaha. Iya ya sering sekali kita menelan hoaks. dan banyak lagi hoaks hoaks yang tersebar dipercayai begitu saja, khususnya kaum kita. Perempuan. Sedihnya itu disampaikan pula ke anak anak ya.

    Balas
  4. Nurhilmiyah mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:27 am

    Suka banget dg artikelnya Mbak Iim ini… Mengingatkan perempuan terhadap fitrah dan perannya ya apalagi sebagai istri dan ibu pasti tanggung jawabnya besar ya. Setuju, ngeblog gak perlu keluar rumah dan tetap bs menyuarakan aspirasi kita ya

    Balas
  5. Maria tanjung mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:35 am

    Sekarang masyarakat mudab termakan hoax ya mbak. Contoh ada bayi yg katanya korban pesqat jatuh org2 pada beramai2 mencari beritanya. Skrng memang harus kita filter ya mbak

    Balas
  6. Ipeh alena mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:52 am

    Artikel kak iim jadi membuat saya teringat. Beberapa waktu yang lalu, ada berita muncul di Tr*b*n mengenai wanita meninggal karena pemutih kulit. Wanita yang dikabarkan itu memang berkulit putih, asli sumatera. Tapi, faktanya, beliau meninggal karena preeklamsia , alhamdulillah bayinya selamat.

    Bayangin kak, perempuan yang lagi berjuang melahirkan dan taruhan nyawanya pun enggak lepas dari pemberitaan yang aneh. Itupun ketawan setelah banyak yang berbondong-bondong mengomentari berita tersebut kalau beritanya hoax dan sudah terkonfirmasi oleh suaminya melalui akun fb kalau meninggalnya karena preeklamsia berat.

    Balas
  7. Damar Aisyah mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 1:12 pm

    Topik literasi ini memang sedang booming banget ya, Mbak, terlebih literasi digital, di mana kehidupan kita lebih banyak ter-connect dengan dunia maya. Keterampilan menulis dan membaca memang menjadi krusial di dunia di mana tatap tergantikan alat. Salah tulis atau salah memahami bisa berakibat fatal.

    Balas
    • Rini Novita Sari mengatakan

      Januari 12, 2021 pada 4:49 pm

      Y Alloh kaget liat postingan hoax nyaaa..

      Bener bener deh y manusia masih minim bgt paham literasi digital.

      Thx artikelnya mbk say

      Balas
      • Dewi Adikara mengatakan

        Januari 13, 2021 pada 6:46 am

        Benar sekali, penting untuk mengetahui perkembangan dan juga belajar banyak dari literasi digital. Sehingga perempuan bisa semakin smart dalam menyelesaikan masalah yang sedang dialaminya tentu disesuaikan dengan keyakinan yang dimililikinya.

        Balas
  8. Hani mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 1:21 pm

    Waduh, parah banget itu sih hoaxnya. Gitu itu yah grup WA, banyak share berita hoax. Aku kezelnya malah grup kantor, yang aku kaan engga bisa leave group. Penting tuh literasi digital, dibaca cermat semuanya. Jadi engga malu-maluin kalau salah…

    Balas
  9. Diah Kusumastuti mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 2:18 pm

    Penulisan artikel yang baik dan benar, pemilihan diksi yang teliti, juga akan berpengaruh pada pembaca ya, Mbak (meski tak semua pembaca membaca utuh tulisan kita).
    Terus semangat menyuarakan keresahan-keresahan tentang perempuan, Mbak, dengan tulisan-tulisan yang apik dan menginspirasi 🙂

    Balas
  10. Bambang Irwanto mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 2:38 pm

    Zaman now, saya rasa tidak hanya saja kaum perempuan, Mbak. Kaum Laki-laki pun harus melek soal literasi digital ini. Karena sudah setiap hari, kita bersinggungan dengan dunia digital. Terjebak judul salah satu berita saja, bisa jadi perdebatan seru.

    Balas
  11. Putri Santoso mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 2:51 pm

    Astaga aku tadi kaget tentang mayat di Toraja itu.
    Karena aku cukup familiar sama mummynya. Pernah kesana dan lihat langsung. Pengen aku cubit yang bikin berita azab.
    Sudah saatnya lebih cerdas dalam menyebarkan infromasi ya kak

    Balas
  12. Lita mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 7:25 pm

    Wah jadi penasaran sama tulisan2 blog ttg isu perempuan 😀

    Balas
  13. Akarui Cha mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 8:28 pm

    Saya juga agak kurang nyaman dengan sesuatu yang mengatasnamakan agama tapi sebenernya menekan kaum perempuan dan menjebaknya dalam patriaki. Agama (saya seorang muslim) malah memberikan banyak kesempatan untuk perempuan.

    Makanya, perempuan, yuk melek literasi digital

    Balas
    • Muhammad Nur Ardi Handayat mengatakan

      Januari 12, 2021 pada 10:20 pm

      Wah bener banget kak, penting pengunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di blog. Semoga aja pelajaran literasi digital ada di sekolah-sekolah negeri di Indonesia.

      Balas
  14. Supadilah mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:18 pm

    Hmm. Emang sih kalau kalimatnya tertata, akan lebih enak memahaminya.

    Balas
    • Juliastri Sn mengatakan

      Januari 12, 2021 pada 10:07 pm

      Literasi digital memang harus dipahami secara benar untuk menangkis hoax dan pola pikir yang membuat salah paham..

      Balas
      • i n n a mengatakan

        Januari 13, 2021 pada 7:20 am

        Walaupun perempuan kita harus tahu mengenai literasi digital, apalagi zaman seperti ini, harus pintar memilah memilih berita yang diterima dan sumbernya valid.

        Balas
  15. Jihan mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:23 pm

    Foto hoaxnya itu ngeriii ya ampuunn.
    Perempuan emang harus melek literasi sih, kalau ngga, anak2nya bakal kebawa jugaa. Percaya sana sini sebelum memastikan kebenarannya

    Balas
  16. Happy Dyah mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:25 pm

    Memang perempuan dan literasi digital saling berhubungan. Dan dituntut untuk terus belajar

    Balas
  17. dyah ayu novitasari mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:27 pm

    Suka gemes deh kalau ada berita hoax. Orang asal main share aja tanpa kroscek dulu kebenaran postingan tersebut. Makanya literasi digital ini emang perlu ditingkatkan ya mbak, biar gak gampang percaya dengan berita yang beredar

    Balas
  18. Syahri mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:43 pm

    Pentingnya memahami literasi digital memungkinkan kita tidak mudah terjerat pada informasi yang tidak benar.hoax terutama di media sosial. Informasi yang belum jelas kebenarannya terkadang lebih mudah menyebar, dan hal semacam itu seolah sudah menjadi konsumsi publik yang sulit untuk dihilangkan. Padahal jika kita memahami literasi digital, kita dapat menyaring mana informasi yang benar dan mana yang hoax.

    Balas
    • Ria fasha mengatakan

      Januari 13, 2021 pada 3:29 pm

      Betul banget mbak. Penting banget literasi digital buat perempuan
      Pengalaman aku di wag keluarga memang kebanyakan ibu2 nih yang kemakan hoax

      Balas
  19. Indri Ariadna mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 9:50 pm

    Kita bisa melawan hoax jika dilengkapi dengan kemampuan literasi yang memadai. Apalagi di jaman serba cepat dan digital seperti sekarang ini, literasi digital harusnya menjadi hal yang “sedikit” wajib kali ya..

    Balas
  20. Fionaz Isza mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 10:12 pm

    Yang sering terjadi, hoax itu ditelan mentah2 tanpa mencari tau sumber yang pasti.
    Makanya kita harus selalu melek sama yang namanya literasi digital, biar lebih cerdas juga.

    Balas
  21. Ari Santosa Pamungkas mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 10:15 pm

    Zaman aku sekolah, kupikir tes mata pelajaran Bahasa Indonesia, adalah hal mudah dan bahkan bisa disepelekan ngga perlu belajar. Nyatanya, ngga mudah euy. Ahahaha.

    Balas
  22. Aisyah Dian mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 10:17 pm

    Kita memang tak boleh mudah termakan berita hoak ya kak serem banget kalau apa-apa dipercaya gitu saja

    Balas
  23. BayuFitri mengatakan

    Januari 12, 2021 pada 11:51 pm

    Ternyata literasi digital lekat dengan peran perempuan ya mbak. Karena ditangan perempuan akan terbentuk generasi cerdas. Jadi memang perempuan harus melek literasi digital untuk dapat mengajarkan yang terbaik bagi anak-anaknya

    Balas
  24. Bang Doel mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 12:16 am

    Ya, saya pernah menjadi penyebar hoax. Tapi itu dulu sekali. Dan saya malu banget kalau mengingatnya. He-he. Sekarang alhamdulillah kalau mau post sesuatu pikir-pikir dulu. Sering juga setelah menulis panjang-panjang malah dihapus, karena ada kekhawatiran menyinggung kelompok tertentu. Malah sekarang penginnya menulis itu sesuai EBI juga, biar kalau kapan-kapan dibutuhkan sudah lancar.

    Balas
  25. Erin mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 12:53 am

    Memang ya, Mba. Miris banget deh kalau ada berita hoax yang beredar di beranda sosial media. Baru-baru ini juga ada yang share berita hoax. Aku langsung komen saja agar tidak sembarangan share berita yang tidak jelas sumbernya.

    Balas
  26. Kokoh Hendra mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 2:28 am

    Waktu pernah ikutan google digital literacy campaign dimana kita diajarkan bagaimana caranya memfilter berita-berita hoax dan mendapatkan informasi yh sebenarnya.

    Balas
  27. Husnul Khotimah mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 3:55 am

    BTW, Saya sendiri adalah orang yang masih menganggap permintaan suami adalah keramat mbak, Karena yang diminta selalu kepada kebaikan sih. Semoga profesi kita sebagai blogger bisa menyuarakan suara hati para perempuan ya mbak.. yang lebih ngerti, memberi pengertian yang belum tahu. Semangat demi kebaikan 🙂

    Balas
  28. renov mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 5:04 am

    Artikel ini bagus mbak dan ada hubungannya juga dengan kemampuan tingkat berpikir. Semakin tinggi tingat kemampuan berpikir seseorang, dia akan bisa mencerna informasi yang dia terima, tidak setengah-setengah melainkan keseluruhan informasi.

    Namun kemampuan ini juga harus dilatih, sayangnya dengan sosial media seperti instagram contohnya, terkadang orang lebih memilih untuk scrolling dibandingkan membaca informasi yang ditulis. Orang berusaha menangkap informasi (melalui gambar, video dst) sebanyak-banyaknya, tapi di akhir sebenarnya hanya mendapatkan sangat sedikit dari informasi yang sepotong sepotong tadi.

    Satu lagi, orang juga harus berhenti membuat meme dengan wajah orang lain.

    Balas
  29. Nita Juwithafina mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 6:36 am

    Menulis itu ga sembarang menulis ya, ada teknik nya. Karena tulisan harus banget bisa sampai pesannya ke para pembaca 🙂 semangat mba

    Balas
  30. Mei Daema mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 7:30 am

    saya suka banget dengan hal-hal yang membahas perempuan, termasuk kemampuan mereka dalam menghadapi dunia teknologi. perempuan zaman sekarang memang harus melek soal literasi digital agar tidka termakan isu-isu yang tidak bertanggung jawab, dan pastinya mereka nanti yang banyak mengarahkan ke anak-anak

    Balas
  31. Nisa mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 8:10 am

    Poin penting nya ini, Literasi digital memang perlu untuk ditingkatkan apalagi kebanyakana hoak bertebaran di wa grup. Itu ngeri ngeri sedap. Pernah nih temen aku share berita hoax dengan link nya juga gak jelas, untung gak banyak yang kena tipu gara gara berita nya palsu.

    Balas
  32. Santi suhermina mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 9:03 am

    Aku bintang ini deh kalimat ini. Kesetaraan gender bukan berarti mengalahkan kaum laki-laki, namun mengangkat diri dari kesewenangan orang lain. Aku syuka. Hehe…

    Balas
  33. Joko Yugiyanto mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 10:55 am

    saatnya untuk terus belajar dan menambah kecakapan agar kita makin bisa bersikap khususnya saat berhadapan dengan gawai maklum siang malam sama ini barang kan ya, berlaku untuk semua lho ya

    Balas
  34. Andayani Rhani mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 2:19 pm

    yess setuju banget, di era digital saat ini banyak sekali tulisan-tulisan propaganda ataupun bohong. tentu literasi digital ini sangat penting untuk dilakukan agar kita dapat mensortir informasi yang akan masuk ke dalam kepala

    Balas
  35. Hanat Futuh mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 7:02 pm

    Bangga banget asli deh jadi adek kelasnya teh Iim. Suka banget tiap tulisan tulisan teh Iim di blog. Apalagi yang satu ini. Yaps, sebagai bekal aku di next, biar bisa dan selalu nulis sesuai dengan tatanan bahasa. Makasi ya teh udah berbagi

    Balas
  36. Hanat Futuh mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 7:03 pm

    Thanks sharingnya ya teh. Selama ini aku masih melupakan nulis sesuai tatanan bahasa nih. Dari sini aku mah mulai lagi nulis sesuai tatanan bahasa biar enak dibaca

    Balas
  37. Hanifah mengatakan

    Januari 13, 2021 pada 10:16 pm

    Bener mbak, literasi digital penting untuk diterapkan apalagi kalau kerja jadi bloger atau influencer. Suka gemes kalau di grup udah diberi brief detail ternyata masih tanya hal yang ada di brief ehehehe

    Balas
  38. ainun mengatakan

    Januari 15, 2021 pada 12:25 am

    penting banget buat mencerna sebuah berita agar nggak termakan hoaks
    apalagi teknologi sekarang canggih bener, nyebarin berita nggak bener yang ujung ujungnya mungkin menyinggung pihak lain sangat nggak dibenarkan juga

    Balas
  39. Lidia mengatakan

    Januari 28, 2021 pada 10:04 pm

    Meski kenyataannya PR sesama perempuan belum selesai tapi masa kini perempuan patut berbangga ya mb. Sudah banyak perempuan masa kini yang memiliki pemikiran maju dalam hal positif. Tapi jangan terlena, karena perempuan yang masih perlu mendapatkan sosialisasi dan pengetahuan di beberapa daerah dan kota besarpun masih banyak juga.

    Semoga kampanye tentang perempuan dan literasi digital ke depannya tidak hanya dirasakan oleh perempuan yang melek media sosial dan teknologi saja, karena masih banyak perempuan di luar sana yang belum “melek” akan hal itu.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cari di Sini

About Me

Halo, Saya Iim

Selamat berkunjung di blog saya. Di sini adalah tempat saya menuangkan berbagai gagasan tentang parenting, woman life, teknologi, kecantikan, dan lain-lain. Email Kerjasama: iimrohimah15@gmail.com

Social Media

  • Email
  • Facebook
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter

Recent Posts

  • pengertian fogging mobil dan manfaatnya, gambar dari Unsplash.comMengenal Fogging Mobil dan Manfaatnya
  • belanja sembako, gambar dari Freepik.com4 Manfaat Membuat Daftar Belanja Sebelum Belanja ke Toko Sembako
  • cara move on dari mantan satu sekolah, gambar dari Freepik.com7 Cara Move On dari Mantan Satu Sekolah Paling Ampuh
  • ayah adalah pahlawan sesungguhnya, gambar dari Pixabay.comAyahku Tidaklah Sempurna, Tapi Dia Pahlawan Sesungguhnya
  • cara mengetahui bakat anak usia 7 tahun , gambar dari Freepik.comCara Mengetahui Bakat Anak Usia 7 Tahun dan Menyalurkannya

Komunitas

Logo Komunitas Mama Daring

Kategori

  • Anak
  • Artikel
  • ASI Eksklusif
  • Bisnis
  • Blogging
  • Dakwah
  • Dekorasi
  • Digital Marketing
  • Fashion
  • Finansial
  • Foody
  • Ibu dan Anak
  • Ibu Rumah Tangga
  • Inspirasi
  • Karir
  • Kecantikan
  • Kehamilan
  • keluarga
  • Kesehatan
  • Lifestyle
  • Melahirkan
  • Mode
  • MPASI
  • Otomotif
  • Parenting
  • Parfume
  • Peluang Usaha
  • Pendidikan
  • Perempuan
  • pernikahan
  • Properti
  • relationship
  • Review Buku
  • Rumah
  • rumah tangga
  • Skincare
  • Staycation
  • Style
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Tips
  • Travelling

Komentar Terbaru

  • Wahyuindah pada Cara Mengetahui Bakat Anak Usia 7 Tahun dan Menyalurkannya
  • Eka FL pada Cara Mengetahui Bakat Anak Usia 7 Tahun dan Menyalurkannya
  • Maria tanjung Sari pada Mendengarkan Buku Biografi BJ Habibie di Aplikasi Audiobook Storytel
  • Yuni Bint Saniro pada Cara Mengetahui Bakat Anak Usia 7 Tahun dan Menyalurkannya
  • Muna Fitria pada Cara Mengetahui Bakat Anak Usia 7 Tahun dan Menyalurkannya
Design by SkyandStars.co
Back Top

Copyright © 2022 IIM ROHIMAH